LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
KERAGAMAN PERTUMBUHAN EMPAT KULTIVAR BIBIT TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) YANG BERASAL
DARI SENTRA PRODUKSI BERBEDA DI BALITBU
TROPIKA
Oleh
:
Khamilatun Khusna
11382203026
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2016
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
KERAGAMAN PERTUMBUHAN EMPAT KULTIVAR BIBIT TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) YANG BERASAL
DARI SENTRA PRODUKSI BERBEDA DI BALITBU
TROPIKA
Oleh
:
Khamilatun Khusna
11382203026
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Keragaman
Pertumbuhan Empat Kultivar Bibit Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Yang Berasal Dari Sentra Produksi Berdeda
Di Balitbu Tropika.
Nama : Khamilatun Khusna
NIM : 11382203026
Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui,
Dosen Pembimbing, Pembimbing Lapangan
Oksana, S.P, M.P Dr. Ir. Martias, MP
NIP. 197604162009122002 NIP.
196411291991031002
Mengetahui:
Dekan
Ketua
Fakultas Pertanian dan Peternakan Program Studi
Agroteknologi
Edi Erwan, S.Pt, M.Sc, P.hd Oksana, S.P, M.P
NIP. 19730904 199903 1 003 NIP.
197604162009122002
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kerja lapangan dengan
judul ” Keragaman pertumbuhan empat
kultivar bibit tanaman manggis (Garcinia
mangostana L.) yang berasal dari
beberapa sentra produksi berbeda”.
Pelaksanaan kerja lapangan tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Kedua
Orangtua saya bapak Istono dan ibu Saryati dan Adik-adik saya yang selalu
mensuport saya.
2.
Ketua
Program Studi Agroteknologi ibu Oksana, S.P, M.Si yang telah membantu dalam
proses perizinan kerja lapangan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok
dan juga sebagai Dosen pembimbing pada praktek kerja lapangan ini yang telah banyak membantu saya untuk dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
3.
Pembimbing
lapangan saya bapak Dr. Ir. Martias, MP yang telah membantu saya sejak awal dalam melaksanakan
praktek kerja lapangan dan juga dalam menyelesaikan laporan praktek kerja
lapangan in dengan sebaik-baiknya. Beserta dengan seluruh keluarga besar Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika.
4.
Keluarga besar bapak Amrizal dan ibu Ernawati yang telah
menyediakan tempat yang nyaman dan makanan yang cukup untuk kami selama PKL.
5.
Kawan seperjuangan kerja lapangan di Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika, dan juga teman-teman mahasiswa Agroteknologi angkatan 2013
Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam
kegiatan kerja lapangan ini. Semoga laporan kerja lapangan ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa lainnya dan masyarakat Indonesia.
Pekanbaru,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR
TABEL.................................................................................................. iii
DAFTAR
GAMBAR............................................................................................. iv
DAFTAR
SINGKATAN........................................................................................ v
DAFTAR
LAMPIRAN.......................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1. Latar
Belakang........................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3. Manfaat...................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
2.1. Mengenal Tanaman Manggis..................................................................... 4
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Manggis............................................................ 5
2.3. Morfologi Tanaman Manggis
.................................................................... 5
2.4. Teknik Budidaya Tanaman Manggis......................................................... 6
III. METODE
PELAKSANAAN ...................................................................... 13
3.1. Tempat
dan Waktu.................................................................................. 13
3.2. Alat
dan Bahan ....................................................................................... 13
3.3. Metodologi
............................................................................................. 13
3.4. Pengamatan
............................................................................................. 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 16
4.1. Profil Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika........................................ 16
4.2. Keragaman Pertumbuhan Bibit Tanaman Manggis
................................ 20
4.3. Hubungan Antar Parameter Pertumbuhan Kultivar Bibit
Manggis ........ 20
4.4. Pengamatan
Keragaman Empat Kultivar Manggis Secara Visual........... 24
4.5. Pengamatan
Panjang Akar Dan Cabang Akar Sekunder......................... 25
4.6. Pengamatan
Bobot Basah Empat Kultivar Bibit Tanaman Manggis....... 26
V. PENTUP ..................................................................................................... 28
5.1. Kesimpulan
............................................................................................. 28
5.2. Saran
....................................................................................................... 28
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 29
LAMPIRAN
......................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
|
|
Tabel. 2.1 Rekomendasi
Anjuran Pemberian Pupuk Berdasarkan Umur.......
|
8
|
Tabel. 2.2 Hama dan
Penyakit Pada Tanaman Manggis................................
|
9
|
Tabel. 4.1 Rata-Rata Hasil
Parameter Pengamatan Bibit Tanaman Manggis
|
20
|
Tabel 4.2 Sampel Bibit
Tanaman Manggis Empat Kultivar...........................
|
25
|
Tabel 4.3 Pengamatan
Sampel Bobot Basah Bibit Manggis Empat Kultivar
|
26
|
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
|
|
Gambar 2.1. Manggis (Garcinia mangostana L.)..........................................
|
4
|
Gambar 2.2. Tanaman
manggis milik balitbu tropika.....................................
|
5
|
Gambar 2.3. Mulsa alami
dari jerami pada tanaman manggis........................
|
8
|
Gambar 4.1. Struktur
organisasi balitbu tropika............................................
|
18
|
Gambar 4.2. Fasilitas
penunjang yang ada di balitbu tropika........................
|
19
|
Gambar 4.3. Hubungan
antara jumlah daun dan tinggi tanaman...................
|
21
|
Gambar 4.4. Hubungan
antara panjang daun dengan tinggi tanaman...........
|
22
|
Gambar 4.5. Hubugan antara
panjang daun dan tinggi tanaman...................
|
22
|
Gambar 4.6. Hubungan
antara jumlah daun dan diameter batang.................
|
23
|
Gambar 4.7. Keragaman
empat kultivar manggis tampak depan...................
|
24
|
Gambar 4.8. Akar tanaman
manggis..............................................................
|
25
|
Gambar 4.9. Menimbang bibit tanaman manggis kultivar D.........................
|
27
|
DAFTAR SINGKATAN
DAS
|
Daerah Aliran Sungai
|
|
|
OPT
|
Organisme Pengganggu Tanaman
|
|
|
KP
|
Kebun Percobaan
|
|
|
SK
|
Surat Keputusan
|
|
|
mdpl
|
Meter Diatas Permukaan Laut
|
|
|
Permentan
|
Peraturan Menteri Pertanian
|
|
|
BALITBU
|
Balai Penelitian Tanaman Buah
|
|
|
|
|
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manggis (Garcinia mangostana Linn.)
merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia yang mempunyai potensi ekspor
sangat besar. Tanaman ini mendapat julukan sebagai
ratu
buah (queen of fruit) karena keistimewaan dan kelezatannya (Anonim, 2013).
Manggis menyimpan berbagai manfaat
yang luar biasa bagi kesehatan atau biasa disebut sebagai pangan fungsional (functional
food). Manggis tidak hanya dikonsumsi segar, tetapi juga sebagai
bahan baku berbagai industri minuman, makanan, kosmetik, dan biofarmaka, serta
untuk industri
tekstil. Manggis sebagai
buah segar, merupakan sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan untuk
tubuh manusia dan bermanfaat untuk kesehatan. Setiap 100 gr daging buah manggis
mengandung 0,6 gr protein, 0,6 gr lemak, 15,6 gr karbohidrat, 8 mg kalsium, 6
mg fosfor, 0,8 mg besi, 70 gr air dan 53 kalori. Menurut Jung et al. (2006) manggis juga mengandung
komponen kimia yang bersifat sebagai anti oksidan yang kuat yakni xantone.
Antioksidan tersebut memiliki manfaat sebagai anti kanker, anti bakteri, dan
anti inflamasi.
Peluang pasar
manggis yang besar diindikasikan oleh meningkatnya
volume dan nilai ekspor manggis ke beberapa negara Asia dan Eropa. Tahun 2008
volume ekspor manggis Indonesia hanya sebesar 9.466 ton dengan nilai ekspor
5.833.000 US$ dan meningkat volume dan nilainya menjadi 20.169 ton dan
17.426.000 US$ pada tahun 2011 (Statistik Pertanian, 2013). Produksi manggis
nasional pada tahun 2008 hanya 78.674 ton dan meningkat pada tahun 2013
mencapai 190.294 ton. Namun dari total produksi manggis nasional, hanya
8,31%-9,43% yang dapat diekspor. Impor manggis juga cenderung meningkat, tahun
2007 impor manggis hanya 14 ton dengan nilai 14.000 US$ dan mengalami peningkatan
menjadi 20 ton dengan nilai 15.000
US$, di tahun 2011
(Statistik Pertanian, 2012). Impor manggis yang meningkat menunjukkan bahwa
kebutuhan masyarakat domestik terhadap manggis makin besar. Peningkatan impor
manggis juga mengindikasikan rendahnya daya saing manggis nasional di pasar
domestik. Potensi pasar manggis yang makin meningkat merupakan peluang dan sekaligus
menjadi tantangan bagi produsen manggis nasional. Potensi pasar tersebut menjadi
peluang apabila diikuti oleh peningkatan produksi dan kualitas buah. Pada sisi lain
akan menjadi ancaman apabila produksi manggis nasional tidak mampu bersaing di
pasar domestik dan di pasar global. Tantangan ini semakin berat apabila terealisasinya
pasar bebas dan membanjirnya buah impor di pasar domestik. Potensi Indonesia
sebagai produsen manggis yang mampu bersaing di pasar global dan domestik pada
hakikatnya cukup besar. Hal ini didukung oleh sumber daya alam yang sesuai
untuk budidaya manggis di berbagai daerah nusantara. Agroklimat yang variatif
di berbagai daerah memungkinkan untuk menghasilkan manggis sepanjang tahun.
Tantangan dalam
pengembangan manggis hingga saat sekarang adalah ketersediaan bibit bermutu
masih terbatas dalam jumah besar. Bibit bermutu, dicirikan oleh pertumbuhan
yang vigor, yaitu batang kokoh, daun berkembang sempurna, perakaran kuat, dan
bebas dari organisme pengganggu. Bibit yang bermutu sangat menentukan
pertumbuhan, produksi dan kualitas manggis. Bibit bermutu harus berasal dari
pohon induk yang terpilih, produksi dan kualitas buahnya tinggi, tahan terhadap
cekaman dan bebas serta tahan terhadap hama dan penyakit (Martias, 2016).
1.2. Tujuan
a.
Mengetahui dan
mempelajari secara langsung budidaya tanaman manggis di Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika, Solok, Sumatera Barat.
b.
Menambah wawasan
tentang keragaman pertumbuhan bibit tanaman manggis yang berasal dari beberapa
sentra produksi manggis di indonesia yang telah diteliti di Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika.
c.
Mengetahui hubungan
beberapa parameter pertumbuhan dari klon bibit manggis yang beragam.
1.3 Manfaat
a.
Memenuhi salah
satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim, Riau.
b.
Memperoleh
pengetahuan dan wawasan mengenai teknik pembudidayaan tanaman manggis di Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika.
c.
Meningkatkan
kemampuan dan juga keilmuan dalam hal berfikir secara komperhensif dan berbagai
sudut pandang keilmuan khususnya yang berkaitan dengan budidaya tanaman manggis
di Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok, Sumatera Barat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman
Manggis (Garcinia mangostana L.)
Gambar 2.1.
Manggis (Garcinia mangostana L.)
Sumber : Dokumentasi Balitbu Tropika (2015)
Manggis (Garcinia mangostana L.)
termasuk tanaman pohon yang berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara.
Tinggi pohon mencapai 7 – 25 meter. Batang tanaman manggis berbentuk pohon
berkayu. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklat-coklatan (Martias, 2012). Buahnya
disebut manggis, dengan kulit buah berwarna merah keunguan ketika matang,
meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah (Anonim, 2013).
Tanaman manggis memiliki klasifikasi taksonomi sebagai
berikut (Pantamor, 2012) :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Theales
Famili :
Clusiaceae
Genus :
Garcinia
Spesies :
Garcinia mangostana L.
Tanaman mangis mudah dijumpai di Indonesia mulai dari
Sabang sampai dengan Merauke. Tanaman yang sekerabat dengan kandis ini dapat
mencapai tinggi hingga 25 m, dengan diameter batang mencapai 45 cm. Tanaman ini
tumbuh subur pada kondisi dengan banyak mendapat sinar matahari, kelembaban
tinggi, dan musim kering yang pendek (untk menstimulasi pertumbuhan). (Mardiana
et al, 2012).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Manggis
Pohon manggis mampu tumbuh baik pada ketinggian
0-600 mdpl, dengan suhu udara rata-rata
20-30°C, dengan pH tanah berkisar 5-7. Lahan dengan pH asam seperti dilahan gambut,
manggis tetap mampu tumbuh dengan baik. Jenis tanah yang ideal adalah Latosol
dan Andosol, berdrainase baik dengan kedalaman lapisan olah tanah 20-50 cm.
curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan manggis ialah berkisar 1.500-3.000
mm/tahun yang merata sepanjang tahun, dengan kelembaban 80% (Mardiana et al, 2012).
Gambar 2.2.
Tanaman Manggis Milik Balitbu Tropika
Sumber: Martias (2015)
2.3. Morfologi Tanaman Manggis
Pohon manggis memiliki susunan cabang yang teratur,
kulit batang berwarna cokelat dan bergetah. Akar tanaman manggis merupakan akar
tunggang. Adapun organ generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah dan
Biji. Buah manggis muncul dari ujung ranting, berpasangan dengan tangkainya
yang pendek, tebal dan teratur (aktinomorf). Struktur bunga manggis memiliki
empat kelopak yang tersusun atas dua pasang. Mahkota bunga terdapat empat
helai, warna hijau kekuningan dengan warna merah pada pinggirnya. Benang sarinya
banyak dan bakal buahnya mempunyai 4-8 ruang dengan 4-8 kuping kepala putik
yang tidak pernah rontok sampai stadium buahnya matang (Mardiana et al, 2012).
Buah manggis berbentuk bulat dan berjuring, sewaktu
masih muda permukaan kulit buah berwarna hijau, namun setelah matang berubah
menjadi berwarna ungu kemerah-merahan, atau merah muda. Pada ujung buah
terdapat juring berbentuk bintang, sekaligus menunjukkan ciri dari jumlah
segmen daging buah. Jumlah juring buah ini berkisar 4-8 buah. Kulit buah
manggis ukurannya tebal mencapai proporsi sepertiga bagian dari buahnya. Kulit
buah banyak mengandung getah berwarna kuning, dengan cita rasa pahit. Kulit
buah manggis telah banyak diteliti dan
dimanfaatkan untuk berbagai bahan produk bioindustri karena mengandung berbagai
senyawa metabolit sekunder, seperti xantone, tanin, dan antoxianin. Kandungan
antioksidannya lebih besar daripada yang terkandung dalam jeruk maupun pada
daging buahnya sendiri. (Anonim,
2013). Bagian yang terpenting adalah daging buahnya, warna
daging buah putih bersih dan cita rasa manis dengan sedikit asam, sehingga
digemari masyarakat luas. Biji manggis berbentuk bulat agak pipih dan berkeping
dua (Anonim, 2013).
2.4.
Teknik
Budidaya Tanaman Manggis
2.4.1. Persiapan
Bahan Tanam
Perbanyakan tanaman manggis dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu perbanyakan generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif
menggunakan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dengan cara sambung pucuk. Dalam
mempersiapkan bahan tanaman, ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu
persiapan media tanam, prosesing benih, penyemaian benih sebagai batang bawah,
pindah tanam semaian batang bawah, pemeliharaan benih batang bawah,
penyambungan, dan pemeliharaan setelah penyambungan (Bella, 2015).
2.4.2.
Pengelolahan Lahan
Kebun Percobaan Aripan terletak di sekitar Daerah
Aliran Sungai (DAS) Singkarak dengan jenis tanah Ultisol. Sifat tanah ini
bertekstur lempung berliat, pH asam, dan kadar C-organik sangat rendah.
Terdapat unsur hara makro dan mikro dengan jumlah yang bervariasi. Unsur hara
makro N dan P tergolong sangat rendah, unsur K dan Ca termasuk kategori rendah,
dan unsur Mg termasuk kategori sedang. Adapun unsur hara mikro Fe, Mn, Cu, dan
Zn termasuk kategori sangat tinggi, sedangkan Al termasuk kategori rendah. Oleh
karena itu, di lahan yang sub-optimal ini perlu adanya penambahan pupuk NPK
untuk meningkatkan unsur hara makro (Martias, 2014).
2.4.3. Penanaman
Setelah melalui masa pembibitan, bibit manggis yang
baik dipindah tanamkan ke lahan baru yang telah dipersiapkan. Sebaiknya
pemindahan bibit dilakukan pada awal musim hujan, agar pertumbuhan awalnya
baik. Bibit ditanam pada kedalaman yang sama seperti pada saat di pembibitan.
Sebelum penanaman bibit manggis atau 15-20 hari sebelumnya telah dibuat lubang
tanam. Lubang tanam yang digunakan adalah 50x50x50 cm untuk tanah yang subur
dan 80x100x80 cm untuk tanah yang kurang subur. Kemudian, lubang tanam diisi
dengan campuran kompos, pupuk kandang dan tanah di bagian atas.
Lahan dengan topografi datar posisi jarak tanam
berbentuk bujur sangkar (10x10 m untuk bibit yang berasal dari perbanyakan biji
dan 4x4 m untuk bibit hasil sambungan). Adapun lahan berlereng sebaiknya jarak
tanam berbentuk persegi panjang (10x9) m untuk bibit yang berasal dari biji dan
4x3 m untuk bibit hasil sambungan (Bella, 2015).
2.4.4. Pemeliharaan
a.
Pengairan
Pengairan dapat dilakukan secara manual maupun
otomatis. Pengairan secara manual yaitu dengan cara menyiram tanaman
menggunakan selang plastik atau paralon yang telah dirancang agar dapat
mengairi lahan manggis. Adapun pengairan secara otomatis, yaitu menggunakan sprinkler yang dapat diatur kebutuhan
air dan waktu penyiramannya (Bella, 2015).
b.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan unsur hara,
terutama unsur hara yang jumlahnya terbatas di dalam tanah. Unsur N, P, dan K
adalah tiga unsur hara yang biasa ditambahkan pada budidaya tanaman buah
sebagai pupuk kimia dasar, karena jumlahnya yang terbatas di tanah, tetapi
sangat dibutuhkan oleh tanaman. Selain pupuk kimia, perlu ditambahkan pula
pupuk organik, seperti pupuk kandang yang juga menjadi salah syarat budidaya
tanaman manggis. Pupuk organik berperan penting dalam memperbaiki struktur
tanah, melepaskan senyawa organik yang bermanfaat dalam meningkatkan kelarutan
hara, dan merangsang aktivitas mikrobiologi tanah. Pada umumnya, kebutuhan
pupuk tanaman manggis tergantung pada umur tanaman (Tabel. 2.1).
Tabel. 2.1 Rekomendasi Anjuran Pemupukan Manggis
Berdasarkan Umur Tanaman
Umur tanaman
|
Pupuk anorganik
(gram/pohon)
|
Pupuk kandang
|
||
Urea
|
TSP
|
KCl
|
(kg)
|
|
Sebelum tanam
|
200
|
200
|
200
|
20
|
1 – 2 tahun
|
50
|
25
|
25
|
20
|
> 2 – 4 tahun
|
100
|
50
|
50
|
20
|
> 4 – 6 tahun
|
200
|
100
|
100
|
40
|
> 6 – 8 tahun
|
400
|
800
|
800
|
40
|
> 8 – 10 tahun
|
800
|
1500
|
1500
|
80
|
> 10 tahun
|
1000
|
2500
|
1500
|
80
|
Sumber: Martias (2014)
c.
Pemberian
Mulsa Alami
Mulsa alami ini berfungsi untuk mengurangi penguapan
air dan unsur hara di dalam tanah, menjaga suhu tanah, sebagai penyumbang bahan
organik dan hara, serta dapat menghambat pertumbuhan gulma yang dapat merugikan
tanaman manggis. Selain itu, mulsa alami juga berperan dalam merangsang
aktivitas mikrobiologi tanah, sehingga dapat memperbaiki struktur tanah dan
aerasi tanah (Bella, 2015).
Gambar 2.3. Mulsa alami dari jerami pada tanaman manggis.
Sumber: Martias (2015)
Teknis penggunaan mulsa alami pada tanaman manggis
adalah menyusun jerami padi secara merata dan rapat di atas permukaan sekitar
zona perakaran. Selain dengan menggunakan mulsa alami, dapat pula menggunakan
tanaman sela, terutama tanaman berumur pendek, seperti melon, nanas, pepaya,
dan jenis tanaman buah lainnya. Hal ini selain dapat menguntungkan bagi tanaman
manggis, juga dapat memberikan hasil buahnya sebelum tanaman manggis
menghasilkan (Bella, 2015).
d.
Pengendalian
OPT/Penyiangan
Organisme pengganggu tanaman (OPT) pada manggis dapat
berupa gulma, hama, maupun penyakit. Ketiganya sangat merugikan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman manggis. Gulma yang tumbuh di sekitar perakaran manggis
dapat menyebabkan terjadi persaingan atau kompetisi dalam memperebutkan unsur
hara di dalam tanah. Selain itu, gulma juga dapat menjadi tempat berkembangnya
hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman manggis. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara mekanis, yaitu memotong gulma yang tumbuh di antara tanaman
manggis dan mencabut sampai ke akarnya gulma yang tumbuh di sekitar perakaran
tanaman manggis. (Bella, 2015).
Adapun menurut Direktoral Perlindungan Hortikultura
(2003) hama dan penyakit yang sering dijumpai pada tanaman manggis dan cara
pengendalian adalah sebagai berikut (Tabel 2.2)
Tabel 2.2
Hama dan Penyakit pada Tanaman Manggis
Jenis OPT
|
Gejala
|
Metode
Pengendalian
|
A. Hama
|
||
Ulat pemakan daun (Hyposidra talaca Walker)
|
Memakan terutama daun muda dan meninggalkan
tulang-tulang daun saja.
|
Sanitasi kebun, cara mekanis, dan penyemprotan
dengan insektisida sistemik yang terdaftar dan diizinkan.
|
Penghisap daun dan buah (Helopeltis antonii)
|
Menghisap cairan daun, tunas muda, bunga, dan pentil
buah, sehingga dapat menurunkan produksi.
|
Mengurani naungan, pemangkasan, penggunaan musuh
alami (Mantis sp, laba-laba, dan
kepik famili Reduviidae), dan penyemprotan dengan insektisida yang terdaftar.
|
Kutu putih (Pseudococcus spp)
|
Menghisap cairan kelopak bunga, tunas, dan daun
muda. Kutu dewasa mengeluarkan tepung putih yang menyelimuti tubuhnya dan
mengeluarkan cairan gula yang didatangi semut hitam sehingga menimbulkan
jelaga hitam.
|
Pemangkasan, pemberian kapur anti semut, dan
penyemprotan dengan insektisida dan fungisida yang efektif bila ada jelaga
hitam.
|
Thrips (Scirtothrips sp.)
|
Menyerang sejak fase kuncup dan menurunkan kualitas
buah dengan adanya spot-spot putih yang berpencar pada buah
|
Pemangkasan dan penyemprotan dengan insektisida yang
terdaftar
|
Tungau (Tetranychus spp)
|
Menyerang, kuncup bunga, bunga, tangkai daun, daun
dan buah. Terjadi perubahan warna seperti perunggu pada bagian yang
terserang. Serangan pada permukaan atas daun terdapat bercak kekuningan dan
pada bagian bawah merusak jaringan mesofil sehingga transpirasi tanaman
meningkat. Kulit buah dirusak dirusak dengan cara menghisap cairan sel kulit
buah hingga kering dan berwarna kusam
|
Penggunaan musuh alami dan insektisida terdaftar
|
Tupai (Callosciurus notatus Boddaert)
|
Menyerang buah yang hampir masak
|
Sanitasi kebun, penggunaan perangkap
|
B. Penyakit
|
||
Rapuh coklat
|
Helaian daun terdapat bercak coklat, pinggir daun
coklat, dan bagian yang coklat akan rapuh bila diremas. Serangan terutama
pada bagian tanaman yang terlalu teduh
|
Sanitasi kebun, pengurangan kelembaban dengan
pemangkasan membuang daun sakit dan penyemprotan dengan fungisida terdaftar
|
Bercak daun coklat (Helminthosporium sp),
hitam (Gloeosporium garcinae), dan kelabu (Pestalotiopsis sp)
|
Bercak tidak beraturan dengan warna yang
berbeda-beda tergantung jenis patogennya.
|
Sanitasi kebun, pengurangan kelembaban dengan
pemangkasan membuang daun sakit dan penyemprotan dengan fungisida terdaftar
|
Jamur Upas (Corticium salmonicolor)
|
Perkembangan cendawan terdiri dari beberapa stadium.
Konidium dipencarkan oleh percikan air atau serangga
|
Pengurangan kelembaban, mengolesi
cabang yang sakit dengan bubur Bordeaux, atau penyemprotan dengan
fungisida berbahan aktif tridemorf
|
Hawar benang (Marasmieus scandenas)
|
Permukaan cabang atau ranting terdapat benang-benang
putih yang dapat meluas keseluruh kepermukaan daun sehingga daun menjadi mati
|
Sanitasi kebun, pemangkasan dan penyemprotan dengan
fungisida terdaftar
|
Hawar rambut kuda (Marasmius equicrinis Mull)
|
Benang-benang coklat tua kehitaman menutupi bagian
terserang dan bagian tersebut akan mati.
|
Sanitasi kebun, pemangkasan dan penyemprotan dengan
fungisida terdaftar.
|
Mati ujung /Die back (Diplodia sp)
|
Infeksi melalui luka pada daun atau ranting
|
Sanitasi kebun, pemangkasan dan penyemprotan dengan
fungisida terdaftar
|
Kanker batang/cabang (Botryosphaeria ribis)
|
Warna kulit batang atau cabang berubah dan
mengeluarkan getah yang menggumpal di bawah kulit batang. Kulit batang
menjadi kering dan menjalar ke xylem. Daun menjadi pucat dan lemas
|
Membersihkan batang/cabang yang sakit, pemangkasan dan penyemprotan dengan
fungisida terdaftar
|
Busuk akar coklat (Fomes noxius Corner) dan
merah (Ganoderma pseudoferreum)
|
Menular melalui spora yang diterbangkan angin dan
menginfekssi melalui luka pada pangkal batang
|
Sanitasi, perbaikan aerasi dan draenase di sekitar
perakaran manggis
|
Busuk buah (Diplodia mangostanae, Colletotrichum
gloeosporiodes, Glomerella cingulata)
|
Kulit buah yang kehitaman dan mengkilat berubah
menjadi suram, buah menjadi keras, dan daging buah berairdan lekat dengan
kulit. Juga terjadi pada buah di penyimpanan.
|
Kultur teknis, panen dan pasca panen yang baik.
|
Buah mengeras (Rhizopus sp, Botryoplodia sp, dan
Pestalosia flogisetulla)
|
Infeksi terjadi melalui luka pada penyimpanan
|
Kultur teknis, panen dan pasca panen yang baik,
penyemprotan dengan fungisida terdaftar tiga minggu sebelum panen.
|
e.
Pengendalian
getah kuning (gamboges disorder)
Penyebab munculnya getah kuning pada buah manggis
adalah pecahnya saluran dinding sel getah kuning yang terkait dengan kekurangan
Ca, dinamika turgor, fluktuasi kadar air tanah, perubahan musim kering ke musim
hujan, DNA perkembangan buah. Selain
itu, menurut Martias et al. (2012),
cemaran getah kuning pada daging buah juga diinduksi oleh toksisitas Mn. Oleh
karena itu, cemaran getah kuning pada kulit dan daging buah harus dikendalikan
agar buah manggis berkualitas tinggi. Dengan pemberian Ca dalam bentuk dolomit
melalui tanah dapat menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah (Dorly,
2009) dan penyemprotan CaCl2 ke buah juga dapat menurunkan cemaran
getah kuning dalam daging buah (Dorly et
al., 2011).
f.
Pemangkasan
Pemangkasan
tanaman manggis bertujuan untuk membuang cabang atau ranting yang tidak
produktif, terserang hama penyakit, telah mati, dan tunas air yang tumbuh di
cabang atau batang manggis bagian dalam. Disamping itu pemangkasan juga
berorientasi meningkatkan penentrasi cahaya ke dalam tajuk dengan membuang
ranting atau cabang yang terlalu rapat dan mengurangi kelembaban yang terlalu
tinggi di dalam tajuk (Martias, 2012)
Pemangksan
akan meningkatkan tangkapan CO2 oleh daun di bagian dalam sehingga sangat mendukung untuk peningkatan
fotosintesis dan mengeliminasi berkembangnya hama dan penyakit di dalam tajuk
tanaman. Cabang yang menyentuh tanah juga harus dibuang supaya cabang tersebut
tidak terkontaminasi dengan penyakit dari percikan air hujan yang menetes ke
tanah. Pemangkasan sebaiknya dilakukan setelah panen untuk tanaman yang telah
berproduksi, yaitu di awal musim kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah buah jadi, persentase bunga/ buah
rontok, persentase buah jadi, bobot buah per tanaman dan bobot buah per butir
(Anonim, 2000).
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1.Tempat dan Waktu
Praktek kerja lapangan dan magang di Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika, Solok, Sumatera Barat dilaksanakan selama 29 hari kerja,
terhitung mulai pada tanggal 1 Februari sampai dengan tanggal 29 Februari 2016.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu Jangka sorong digital, mistar, benang jagung,
kertas label, gunting, stapler, spidol hitam, kamera digital.
bahan
yang digunakan yaitu Bibit empat kultivar tanaman manggis yang berasal dari
sentra produksi yang berbeda berumur 10 bulan, yang ditempatkan dibawah paranet
pada intensitas cahaya 75%. Bibit manggis ini dipelihara secara optimal,
meliputi pemupukan dan penyiraman. Bibit manggis yang diamati terdiri dari
empat kultivar lokal yaitu kultivar Barengkok, Kecamatan Leuwiliang Bogor, Jawa
Barat, kultivar Cengal, Kecamatan Leuwiliang, Bogor Jawa Barat, kultivar Belimbing,
Kecamatan Pupuan, Tabanan Bali, dan kultivar Angkah, Kecamatan Selemadek, Bali.
3.3. Metodologi
Pelaksanaan kegiatan kerja
lapangan ini menggunakan metode sebagai berikut:
3.3.1. Metode Langsung
-
Wawancara
atau interview, yaitu metode pengumpulan data dan informasi dengan mengajukan pertanyaan kepada pembimbing
lapangan dan juga peneliti lainnya
ataupun pihak yang terkait dengan kegiatan kerja lapangan
baik yang mengenai tanaman manggis ataupun tanaman lainnya.
-
Observasi
atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data secara langsung di lapangan,
yang dilakukan di KP Sumani Solok, dan mengolah hasil observasi tesebut.
-
Praktek
langsung pada beberapa kegiatan budidaya tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) di Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika, Solok, Sumatera Barat.
-
Dokumentasi dalam bentuk foto untuk melengkapi
laporan kerja lapangan.
3.3.2. Metode Tidak Langsung
-
Studi
pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan menelaah pustaka
mengenai budidaya tanaman manggis (Garcinia
mangostana L.) di Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok, Sumatera Barat.
-
Melakukan kajian pustaka dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh di
lapangan dan pengolahan data secara mandiri.
3.4. Pengamatan
Dengan parameter yang diamati sebagai berikut:
1.
Tinggi
Tanaman
Tinggi tanaman diukur pada ketinggian 3 cm dari
permukaan tanah sampai ujung titik tumbuh dalam satuan cm dengan menggunakan
mistar.
2.
Diameter
Batang
Diameter batang diukur 3 cm dari permukaan tanah, dengan
menggunakan jangka sorong dalam satuan mm.
3.
Jumlah
Daun
Diukur dari daun pertama, sampai daun terakhir yang
telah berkembang penuh
4.
Panjang
Daun
Diukur dari pangkal daun sampai ujung daun, untuk daun
yang terpanjang, dengan menggunakan mistar dan satuannya cm.
5.
Lebar Daun
Diukur dari daun yang telah berkembang penuh dan
terlebar, dengan menggunakan mistar dan satuannya cm.
6. Panjang Akar Bibit Tanaman Manggis
Diukur dari pangkal akar sampai ujung akar terpanjang.
7.
Berat
Basah Tanaman Manggis
Tanaman yang telah dibongkar di cuci akarnya agar bebas
dari tanah.
8.
Jumlah
Cabng Akar Sekunder
Tanaman yang telah dibongkar dari polybag dilakukan penghitungan
jumlah cabang akar sekundernya secara manual.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
4.1.1. Sejarah Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu Tropika) adalah
satu-satunya institut penelitian buah tropika pemerintah di bawah Departemen
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan
Pengenbangan Hortikultura, sehingga mandat kegiatan penelitiannya bersifat
nasional. Sejak dibentuk pada tahun 1984, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Secara ringkas, perubahan
organisasi dan kelembagaan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika adalah sebagai
berikut:
a. Periode
1984-1994
SK
Mentan No. 613/Kpts/OT.210/8/84 tanggal 16 Agustus 1984 tentang organisasi dan
tata kerja Balai-balai lingkup Badan Litbang Pertanian menetapkan Balai
Penelitan Hortikultura Solok dengan 4 Sub Balai yaitu Malang, Tlekung,
Pasarminggu dan Jeneponto dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan
pengembangan tanaman buah-buahan.
b. Periode
1994-2006
Berdasarkan SK Mentan
No. 796/Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994 Balai Penelitian Tanaman
Hortikultura mengalami perubahan nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Buah
dengan TUPOKSI melakukan kegiatan penelitian tanaman buah-buahan atas bidang
pemuliaan, fisiologi, agronomi, teknologi budidaya, proteksi, agroekologi,
agroekonomi, pasca panen dan mekanisasi untuk pengembangan produksi, analisis
residu pupuk dan pestisida serta eksplorasi, evaluasi dan pelestarian
plasmanutah buah-buahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani
sekaligus penghasil devisa.
c. Periode
2006-sekarang
Sesuai
dengan perubahan lingkungan strategis, tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman Buah
mengalami penataan organisasi dengan perubahan nomenklatur menjadi Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
10/Permentan/ OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006.
1) Pelaksanaan
penelitian genetika, pemuliaan dan perbenihan tanaman buah tropika.
2) Pelaksanaan
penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasmanutfah
tanaman buah tropika.
3) Pelaksanaan
penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi
tanaman buah tropika.
4) Pelaksanaan
penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman buah tropika.
5) Pemberian
pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman buah tropika.
6) Penyiapan
kerjasama informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil
penelitian tanaman buah tropika,
pelaksanaan urusan tata
usaha dan rumah tangga balai.
Selama
periode 30 tahun Balai ini berdiri,
terjadi 7 kali pergantian kepemimpinan,
yaitu sebagai berikut:
1. Dr.
M. Winarno (1984 - 1993)
2. Dr.
L. Setiobudi (1993 - 1999)
3. Dr.
I. Djatnika (1999 -
2005)
4. Ir.
Nurhadi, M.Sc (2005 - 2009)
5. Dr.
Achmadi Jumberi (2009 - 2010)
6. Dr.
Catur Hermanto (2011 - 2013)
7. Dr.
Ir. Mizu Istianto (2013 -
Sekarang)
4.1.2. Visi, Misi,
Motto, dan Janji Layanan
a. Visi
Menjadi lembaga penelitian dan
pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan
inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial
unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal.
b.
Misi
Menghasilkan,
mengembangkan dan mendeseminasikan inovasi teknologi, sistem dan model serta
rekomendasi kebijakan di bidang penelitian tanaman buah tropika yang berwawasan
lingkungan dan berbasis sumberdaya lokal guna mendukung terwujudnya pertanian
industrial unggul berkelanjutan.
Meningkatkan
kualitas sumberdaya penelitian dan pengembangan pertanian serta efisiensi dan
efektifitas pemanfaatannya.
Mengembangkan
jejaring kerjasama nasional dan internasional (networking) dalam rangka
penguasaan IPTEK (scientific recognation) atas peningkatan peran Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika sebagai lembaga penelitian tanaman buah.
c.
Motto
“Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Layanan PRIMA”
(Partnership, Ramah, Independen, Mudah,
dan Akurat).
d.
Janji Layanan
“Kepuasan pelanggan adalah target utama kami”
4.1.3.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika
Gambar 4.1.
Struktur organisasi Balitbu Tropika.
Sumber: Pribadi
(2016)
Balitbu Tropika didukung oleh sumber daya manusia
lainnya yang terdiri dari 151 orang dengan ragam tingkat pendidikan mulai dari
SD hingga S3. Jumlah masing-masing tingkat pendidikan tersebut, yaitu SD 4
orang, SLTP 6 orang, SLTA 66 orang, DIPLOMA 9 orang, S1 54 orang, S2 24 orang,
dan S3 4 orang.
4.1.4.
Fasilitas
Balitbu
Tropika dilengkapi oleh berbagai fasilitas, yang meliputi gedung kantor,
laboratorium, kebun percobaan, rumah kaca, rumah dinas, guest house/rumah tamu,
ruang pertemuan (auditorium), dan lain-lain.
Sebagai penunjang kegiatan penelitian, Balitbu
Tropika didukung oleh 5 laboratorium,
yaitu Laboratorium Pemuliaan dan Kultur Jaringan, Laboratorium Kimia dan Pasca
Panen, Laboratorium Proteksi Tanaman,
Laboratorium Uji Mutu Benih,
dan Laboratorium Produksi Massal.
Selain laboratorium, kebun percobaan (KP) merupakan sarana yang sangat penting
dalam mendukung kegiatan penelitian.
(a)
(b)
(c)
(d) (e) (f)
Gambar 4.2. Beberapa fasiltas penunjang yang ada di
Balitbu Tropika: (a) Laboratorium Analisis Kimia, (b) Laboratorium Kultur
Jaringan, (c) Ruang Audiotarium, (d) Kebun Percobaan Sumani, (e) Perpustakaan,
(f) Guest House dan Asrama
Sumber:
Pribadi (2016) dan Balitbu Tropika (2015)
Secara
administratif ( sesuai
SK Permentan No. 32 / Permentan / OT.140 / 3 / 2013) , Balitbu Tropika
mengelola 6 KP, yaitu KP. Aripan dan KP. Sumani (Solok, Sumatera Barat), KP.
Wera (Subang, Jawa Barat), KP. Cukurgondang, KP. Kraton, dan KP. Pandean
(Pasuruan, Jawa Timur).
4.2.
Hasil dan Pembahasan Keragaman
Pertumbuhan Bibit Tanaman Manggis.
Pengamatan karakter pertumbuhan empat kultivar manggis
menunjukkan adanya perbedaan rata-rata
jumlah daun, diameter batang, tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun,
antar kultivar bibit manggis. Rata-rata jumlah daun yang paling banyak mencapai 12,8 helai yaitu diperoleh dari
kultivar C yang diikuti oleh B, sedangkan yang terkecil yaitu 9,6 lembar yang
berasal dari kultivar D. Diameter batang dari empat kultivar manggis tersebut
berkisar dari 2,51 mm sampai 3,85 mm dan diameter yang terbesar juga ditemukan
dari kultivar C. Rata-rata panjang daun juga memperlihatkan perbedaan antar
kultivar bibit manggis. Panjang daun terpanjang mencapai 18,27 cm yang
diperoleh dari kultivar C dan yang terendah ditemukan pada kultivar D. Rata-rata
tinggi tanaman juga memperlihatkan pola yang sama dengan parameter sebelumnya
yaitu, tinggi tanaman yang tertinggi diperoleh dari kultivar C yang mencapai
16,8 cm. Tinggi tanaman yang terendah hanya 8,22 cm yang diperoleh dari
kultivar D. Lebar daun juga menunjukkan variasi antar varietas meskipun tidak
terlalu besar, daun yang terlebar ditemukan pada kultivar C yaitu mencapai 6,27
cm dan yang terendah hanya mencapai 3,59 cm yaitu pada kultivar D.
Tabel.4.1 Rata-Rata Hasil Parameter Pengamatan Bibit Tanaman
Manggis
Perlakuan
|
Parameter
|
||||
Jumlah
Daun (helai)
|
Diameter Batang (mm)
|
Panjang
Daun (cm)
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Lebar
Daun (cm)
|
|
A
|
10.9
|
3.24
|
12.7
|
11.8
|
4.55
|
B
|
11.5
|
3.3
|
14.63
|
13.95
|
5.63
|
C
|
12.8
|
3.85
|
18.27
|
16.8
|
6.27
|
D
|
9.6
|
2.51
|
9.46
|
8.22
|
3.59
|
4.3. Hubungan
Parameter Pertumbuhan Kultivar Bibit Manggis.
4.3.1 Hubungan Jumlah daun dan Tinggi tanaman.
Hasil analsis regresi, menunjukkan adanya hubungan
yang linier antara jumlah daun
dengan tinggi tanaman dengan R2 = 0.276 (y = 0.783x + 0.7). Hal ini
mengindikasikan bahwa jumlah daun yang bertambah akan meningkatkan tinggi tanaman
seperti yang terlihat pada (Gambar 4.3). Bibit manggis kultivar Angkah yang
jumlah daunnya hanya 9,6 lembar mempunyai tinggi tanaman hanya 8,22 cm. Sedangkan
bibit manggis kultivar belimbing jumlah daunnya hanya 12,8 lembar, mempunyai
tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 16,8 cm. begitu pula halnya dengan bibit
kultivar lainnya makin meningkat jumlah daun, makin tinggi pula tinggi
bibitnya. Hubungan antara jumlah daun dan tinggi tanaman ini menunjukkan bahwa
jumlah daun berpengaruh terdapat tinggi tanaman.
Gambar 4.3. Hubungan Jumlah Daun dan
tinggi tanaman
4.3.2. Hubungan
antara Panjang daun dan Tinggi tanaman.
Analisis regresi antara panjang daun dan tinggi
tanaman menunjukkan terdapat hubungan yang linier dengan persamaannya adalah y
= 0.473x + 5.815, R² = 0.450 . Persamaan ini menunjukkan
bahwa makin panjang daun bibit manggis dan makin tinggi pula tinggi tanamannya,
seperti yang terlihat pada (Gambar 4.3). Panjang yang terpendek yaitu pada
kultivar angkah (D) hanya 9,46 cm dan tingginya hanya 8,22 cm, sedangkan pada
kultivar belimbing (C) panjang daunnya mencapai 18,27 cm dan tinggi bibitnya
adalah yang tertinggi mencapai 16,84 cm. Dari hubungan kedua parameter ini
dapat dipahami bahwa panjang daun juga akan meningkatkan tinggi bibit manggis
dari varietas yang berbeda.
Gambar 4.4. Hubungan antara Panjang
Daun dan Tinggi Tanaman
4.3.3.
Hubungan antara Lebar daun dan Tinggi tanaman.
Gambar
4.5. Hubungan antara Lebar Daun dan Tinggi Tanaman
Lebar daun juga
akan mempengaruhi luas dari permukaan
daun, yaitu makin lebar daun maka akan meningkat luas permukaan daunnya. Luas
permukaan daun juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hasil analisis
regresi juga menunjukkan hubungan yang linier antara lebar daun dengan tinggi
tanaman seperti yang ditunjukkan dengan y = 1.419x + 5.371 R² = 0.509 seperti terlihat pada (Gambar 4.5) Lebar daun yang sempit yang
ditemukan pada kultivar Angkah (D), yaitu hanya 3,59 cm dan bibit tanaman
manggis akan lebih tinggi apabila lebar daunnya lebih lebar seperti yang
tunjukkan pada kultivar Belimbing (C) yaitu mencapai 6,27 cm. Lebar daun sama halnya
dengan panjang daun dan jumlah daun, nampaknya berperan dalam meningkatkan
tinggi tanaman manggis. Daun yang memiliki permukaan yang lebar, akan membuat
daun kaya akan klorofil, dan membuat pertumbuhan tanaman tersebut akan menjadi
sangat optimal, seperti yang dinyatakan pada hasil analisis regresi pada
(Gambar 4.5) tersebut, yang menunjukkan bahwa semakin lebar ukuran daun pada
suatu tanaman akan mengakibatkan tinggi dari tanaman tersebut menjadi bertambah
karena proses metabolisme yang terjadi pada tanaman tersebut menjadi sangat
baik. Tanaman yang kaya akan klorofil ini akan aktif berfotosintesis, sehingga
kebutuhan energi dan nutrisi untuk pertumbuhannya akan terpenuhi (Anonim,
2013).
4.3.4.
Hubungan antara Jumlah daun dan Diameter batang.
Diameter batang adalah salah satu komponen dari
parameter pertumbuhan bibit tanaman manggis, sama halnya dengan tinggi tanaman,
parameter diameter batang juga dipengaruhi oleh jumlah daun. Jumlah daun yang
meningkat juga akan meningkatkan diameter bibit manggis hal ini terlihat dari
hubungan regresi antara diameter batang dengan jumlah daun, diameter batang
yang terendah hanya 2,51 mm yang diperoleh dari kultivar angkah (D) dengan
jumlah daunnya hanya 9,6 lembar. Diameternya akan bertambah mencapai 3,85 mm
pada kultivar belimbing (C) yaitu jumlah daunnya mencapai 12,8 helai dengan
demikian terlihat jumlah daun juga berpengaruh terhadap diameter batang, yang
dinyatakan dengan y = 0.111x + 2.026, R² = 0.478 .
Gambar 4.6. Hubungan Antara Jumlah
Daun dan Diameter Batang
4.4.
Pengamatan Keragaman Empat Kultivar Manggis Secara Visual.
Hasil pengamatan visual juga menunjukkan bahwa
bibit empat kultivar manggis memiliki keragaman pertumbuhan, yang berasal
dari lokasi yang berbeda. Tampak pada kultivar belimbing
(C) memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan kultivar bibit
tanaman manggis lainnya, seperti yang dapat dilihat pada (Gambar 4.7). Secara fisik kultivar C memiliki penampilan yang
lebih baik dibandingkan bibit tanaman manggis yang berasal dari tiga kultivar
lainnya.
Gambar 4.7. Keragaman Empat
Kultivar Manggistampak dari depan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
(2016)
Kultivar Cengal, Bogor (B) juga memiliki pertumbuhan
yang sangat baik seperti halnya yang berasal dari kultivar Belimbing, Bali (C),
terlihat dari penampilan fisiknya pada (Gambar 4.7). Kedua kultivar ini
memiliki jumlah daun, diameter batang, panjang daun, lebar daun dan tinggi yang
lebih baik dibanding kultivar lainnya, seperti yang ditunjukkan pada (Gambar
4.4) dan (Gambar 4.5) dan juga (Tabel. 4.1). Berbeda dengan kultivar yang
berasal dari Barengkok, Bogor (A) dan Angkah, Bali (D) yang memili tampilan
fisik yang cukup berbeda dengan Kultivar C dan B. diantara kultivar A dan D
tersebut tampak pada (Gambar 4.3) dan (Gambar 4.6), bahwa kultivar D memiliki
pertumbuhan yang cenderung lebih buruk diantara kultivar lainnya seperti yang
ditunjukkan pada (Gambar 4.6) dan (Tabel. 4.3). Tanaman D memiliki rata-rata
pertumbuhan yang paling rendah dari tanaman lainnya, terlihat bahwa bibit
kultivar D memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih sedikit dari pada kultivar
lain yaitu 9,6 helai pertanaman, sementara rata-rata jumlah helaian daun
terbaik adalah 12,8 helai pertanaman yang dimiki oleh kultivar C.
4.5. Pengamatan
Panjang Akar dan Jumlah Cabang Akar Skunder Empat Kultivar Manggis.
Hasil pengamatan pertumbuhan empat kultivar manggis
menunjukkan adanya perbedaan pada jumlah
cabang akar sekunder dan juga panjang akar pada bibit tanaman manggis berumur
10 bulan tersebut. Sampel tanaman dengan jumlah cabang akar sekunder terbanyak
dan memiliki akar terpanjang adalah tanaman kultivar Belimbing (C) dengan
jumlah cabang akar sekunder mencapai 11 cabang dan panjang akarnya mencapai 21 cm. Kemudian
diikuti oleh kultivar B dan A, jumlah cabang akar sekunder kultivar B adalah 10
cabang, begitu pula dengan kultivar A yang juga memiliki 10 cabang akar
sekunder. Namun perbedaan muncul pada ukuran panjang akar, kultivar B memiliki
panjang akar mencapai 19 cm sedangkan panjang akar kultivar A mencapai 18 cm. Hasil
pengamatan tersebut, didapatkan hasil terendah pada sampel kultivar Angkah (D)
dengan hanya memiliki 8 cabang akar sekunder, dan panjang akarnya yang hanya
mencapai 16 cm. seperti yang terlihat pada (Tabel 4.2)
Tabel. 4.2. Sampel bibit tanaman manggis empat
kultivar
Sampel
|
||||
Kultivar
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Jumlah Akar (Cabang)
|
10
|
10
|
11
|
8
|
Panjang Akar
(cm)
|
19
|
18
|
21
|
16
|
Hali
ini menunjukkan bahwa kultivar C memiliki pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan kultivar lainnya, dan juga ditunjukkan pada (Gambar 4.8).
(a)
(b)
Gambar 4.8. Akar tanaman manggis: (a) kondisi sesaat setelah pembongkaran polybag, (b)
setelah akar dicuci.
Sumber: Pribadi (2016)
Tampak
Jelas pada (Gambar 4.8), setelah akar bibit manggis kultivar C tersebut dicuci
bersih, terlihat perbedaan yang signifikan secara visual dibandingkan dengan
bibit manggis kultivar lainnya, dengan memiliki alur perakaran primer yang
jelas dan akar sekunder yang bercabang disekitar akar primer tersebut, hal ini
juga berkaitan dengan kemampuannya untuk menyerap hara dan air dalam tanah
secara optimal, terlihat secara visual bahwa kultivar C memiliki pertumbuhan
yang normal dengan vigoritas yang baik, dan memenuhi syarat untuk dijadikan
bibit yang baik. Sedangkan pada kultivar Angkah (D) menunjukkan visualisasi
yang kontras jika dibandingkan dengan bibit manggis kultivar lainnya, terlihat
dari akar primernya yang pendek, dengan percabangan akar sekundernya yang
sedikit, sehingga hal ini menyebabkan
penyerapan hara dan air didalam tanah tidak berlangsung secara optimal,
yang berakibat pada ketidak normalan pertumbuhannya dan vigoritasnya yang
rendah.
4.6. Pengamatan
Bobot Basah Empat Kultivar Bibit Tanaman Manggis.
Bobot basah tanaman merupakan salah satu parameter
pertumbuhan bibit tanaman manggis yang tidak dapat dipisahkan dengan seluruh
parameter pertumbuhan lainnya, hal ini karena bobot basah terkait erat dengan
parameter lain terutama seperti jumlah daun, lebar daun, panjang daun, panjang
akar dan juga jumlah cabang akar, seperti yang terlihat pada (Tabel. 4.3)
Tabel. 4.3. Pengamatan sampel bobot basah bibit
tanaman manggis empat kultivar
Sampel
|
||||
Tanaman
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Bobot Basah
(gram)
|
11
|
16
|
23
|
5,4
|
Data
yang dapat diamati pada Tabel.4.3
tersebut menunjukkan bahwa sampel kultivar C memiliki bobot terbaik yaitu
mencapai 23 gram, kemudian diikuti dengan kultivar B yang memiliki bobot basah
16 gram, sementara kultivar A yang memiliki bobot basah 11 gram, dan bobot
basah bibit tanaman manggis terendah adalah bibit tanaman manggis kultivar D
yang hanya memiliki bobot basah seberat 5,4 gram saja. Hal ini menunjukkan
bahwa bibit tanaman mangis yang memiliki jumlah daun yang lebih banyak, lebar daun
yang luas, memiliki daun yang panjang, dan juga Perakaran yang panjang dan
banyak akan lebih memiliki bobot basah yang lebih baik dibandingkan dengan yang
tidak. Seperti yang telah ditunjukkan oleh bibit tanaman
manggis kultivar Belimbing (C), yang memiliki rata-rata jumlah daunnya 12,8
lembar, rata-rata panjang daun 18,27 cm, rata-rata lebar daun 6,27 cm, panjang
akar mencapai 21 cm dengan jumlah percabangan akar sekundernya yang berjumlah
11 cabang, rata-rata dan hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa tanaman C
sangat optimal dalam melakukan reaksi fotosintesis karena seperti yang telah
diketahui, dengan semakin banyaknya jumlah daun, semakin panjang dan lebar
ukuran daun, maka semakin baik pulalah reaksi fotosintesis yang terjadi pada
tanaman tersebut (Anonim, 2013). Penyerapan hara dan air yang sangat baik,
nantinya akan menambah bobot basah dari bibit tanaman manggis tersebut. Sebaliknya manggis kultivar Angkah (D)
merupakan bibit tanaman yang memiliki bobot basah yang hanya mencapai 5,4 gram.
Rata-rata jumlah daun yaitu 9,6 helai, panjang daun 9,46 cm, juga lebar daun
3,59, panjang akar 16 cm dan jumlah percabangan akarnya yang hanya mencapai 8
cabang saja ini menunjukkan bahwa kurang optimalnya proses fotosintesis dan
penyerapan hara dan air yang terjadi tidak didukung dengan jumlah daun, lebar
daun dan panjang daun yang dimiliki sehingga tidak terjadinya proses
fotosintesis yang optimal, begitu pula halnya dengan penyerapan hara, air dan
mineral lain dalam tanah menjadi tidak maksimal karena tidak didukung dengan
adanya akar dan perakarannya yang baik, seperti yang tampak pada (Gambar 4.9).
Gambar 4.9. Menimbang Bibit Tanaman Manggis Kultivar D
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bibit kultivar belimbing (C) yang berasal dari Kecamatan
Pupuan, Tabanan Bali merupakan
kultivar yang memiliki pertumbuhan terbaik diantara bibit tanaman manggis yang
berasal dari kultivar lainnya dengn memiliki bobot basah 23 gram, panjang akar
21 cm, jumlah akar skundernya 11 cabang, dengan rata-rata jumlah daunnya 12,8
lembar, diameter batang 3.85 mm, panjang daun 18,27 cm, tinggi tanaman 16,8 cm
dan juga lebar daun 6,27 cm. Sedangkan pertumbuhan terendah dimiliki oleh
kultivar angkah, Kec.Selemadek, Bali dengan bobot basah 5,4 gram, panjang akar
16 cm, juga jumlah akar sekundernya yang hanya 8 cabang, juga memiliki
rata-rata jumlah daun yaitu 9,6 helai, diameter 2,51 mm, panjang daun 9,46 cm,
tinggi tanaman 8,22 cm, dan juga lebar daun 3,59.
Dari
pengamatan visual empat kultivar bibit manggis sudah terlihat bahwa, bibit
manggis kultivar Belimbing (C) menunjukkan vigoritas yang lebih tinggi, yang
ditunjukkan oleh warna daun yang berwarna hijau, pertumbuhannya normal, dan
tinggi tanaman yang lebih baik dari pada bibit yang berasal dari kultivar lain.
5.2. Saran
Sebaiknya
dilakukan penelitian mendalam terhadap bibit tanaman manggis Kultivar angkah
yang berasal dari Selemadek, Bali yang memiliki kualitas pertumbuhan yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan kultivar bibit tanaman manggis yang berasal
dari daerah lainnya, agar diketahui
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rendahnya pertumbuhan kultivar
manggis tersebut.
Sebaiknya dilakukan penelitian dan pengembangan
terhadap kultivar bibit tanaman manggis yang berasal dari daerah lain yang
lebih ungul, agar hasil yang diperoleh optimal dan mampu bersaing dengan
manggis dari negara lain baik di pasar domestik maupun internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. variasi maltodekstrin terhadap kualitas
(sifat fisik kimia, mikrobiologis dan organoleptik) minuman serbuk instan kulit buah manggis (Garcinia
mangostana Linn.).
Anonim. 2013. Fotosintesis < http://wikipedia-fotosintesis-daun-tanaman.html >. Diakses pada maret 2016
Vyatrisa, Bella. 2015. Budidaya Manggis (Garcinia mangostana L.) Di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika,
Solok, Sumatera Barat. UGM. Jogjakarta.
Martias. 2016. Teknologi
Budidaya Untuk Mendukung Pengembangan Sentra Produksi Manggis Di Sumatera Barat. Balitbu Tropika. Solok.
Martias. 2014. Budidaya Manggis (Garcinia mangostana L.). Balitbu Tropika. Solok.
A’ida, N. dan Marwan. 2012. Informasi Singkat Benih Gracinia mangostana L. BPTH Sulawesi, Makassar.
Istianto, Mizu, dkk. 2015. Profil Komoditas Buah Nusantara. IAARD Press.
Jakarta.
Direktorat Jendral Perbenihan Hortikultura. 2013 Pedoman Teknis Sertifikasi
Benih Tanaman Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakatra.
Anonim.
2000. Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi untuk Peningkatan Produksivitas
dan Kualitas Buah Manggis. Kerjasama antara Lembaga Penelitian Institut
Pertanian Bogor dengan Proyek Pengembangan Usaha Hortikultura Pusat. Direktorat
Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta.
Anonim. 2013. Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana) sebagai Antibakteri terhadap Psesudomonas aeruginosa. <http://a-research.upi.edu/operator/upload/bab_2(2).pdf>. Diakses 29 Desember 2014.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Program Peningkatan Produksi dan
Kualitas Kebun Manggis Rakyat Cengal Leuwiliang. LP2M IPB, Bogor.
Rukmana, R. 2003. Bibit Manggis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Suyanti dan Setyadjit. 2007. Teknologi penanganan buah manggis untuk
mempertahankan mutu selama penyimpanan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
3: 66-73.
AntaraNews (on-line). 2013.
Produksi Manggis Sumbar 18.829 Ton Setahun. <http://www.antarasumbar.com/eng/news/provinsi/d/1/332/produksi-manggis-sumbar-18-829-ton-setahun.html>. Diakses 29 Februari 2016.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika). 2013. Laporan
Tahunan. Balitbu Tropika, Solok.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika). 2014. Sejarah
Balitbu Tropika dan Varietas Unggul Baru. <http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/>. Diakses 29 Desember 2014.
Dorly, S. T., J. A. Silva, R. Poerwanto….. 2011. Calcium spray reduces yellow
latex on mangosteen frut (Garcinia
mangostana L.). Journal of Fruit and Ornamental Plant Research 19: 51-65.
Fransiska, A., R. Hartanto, B. Lanya, dan Tamrin. 2013. Karakteristik
fisiologi manggis (Garnicia mangostana L.)
dalam penyimpanan atmosfer termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung 2:
1-6.
Harrow, S. 2006. The Miraculous Mangosteen. <http://www.disabledworld.com/artman/publish/mangosteen.shtml.>. Diakses 29 Desember 2014.
Jung, H. A., B. N. Su, W. J. Kelle, R. G. Mehta, and A. D. Kinghorn.
2006. Antioxidant xanthones from pericarp of garcinia. Journal Agriculture Food
Chemistry Mar 54: 76-82.
Mansyah, E. dan I. Muas. 2006. Manggis serupa tapi tak sama. Iptek Hortikultura
2: 12-16.
Martias. 2012. Studi peranan
lingkungan (sifat
kimia dan fisika tanah serta cuaca) terhadap cemaran getah kuning buah manggis
(Garcinia mangostana). Disertasi. IPB, Bogor.
Martias. 2014. Usaha tani
konservasi berbasis di lahan kering (DAS) berbasis tanaman buah. Laporan Balai
Penelitian Tanaman Buah. Balitbu Tropika, Solok.
Mardiana, L. 2012. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Penebar Swadaya,
Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran
1
JADWAL KEGIATAN PKL DI BALITBU,
SOLOK
Nama : Khamilatun Khusna
NIM : 11382203036
Tanggal : 01 Februari- 29
Februari 2016
NO
|
TANGGAL
|
KEGIATAN
|
1.
|
Senin, 01 Februari 2016
|
Apel pagi, jumpa pembimbing, istirahat makan siang, mengunjungi kebun manggis
bersama dengan pembimbing, membantu Nurmalinda pratiwi melakukan pengamatan
di Kp. Rambutan, Pulang.
|
2.
|
Selasa, 02 Februari 2016
|
Pustaka, mendownload jurnal manggis, jumpa
pembimbing, diskusi dan pemberian judul, membantu siti purminah melakukan
pemetaan tanaman manggis sambung pucuk, istirahat, membantu Nurmalinda
Pratiwi di Kp. Rambutan, pulang.
|
3.
|
Rabu, 03 Februari 2016
|
Membaca di perpustakaan, jumpa pembimbing, pemetaan
tanaman manggis sambung pucuk Siti purminah, melakukan pelabelan bibit
tanaman manggis yang berasal dari empat kultivar yang berbeda di Kp. Sumani
bersama Siti purminah
|
4.
|
Kamis, 04 Februari 2016
|
Membantu melakukan pemetaan tanaman manggis sambung
pucuk Siti purminah, jumpa pembimbing dan diskusi, memantu Siti purminah
melakukan pemanenan, istirahat, membantu Karakterisasi hasil panen manggis
sambungan milik Siti purminah
|
5.
|
Jumat, 05 Februari 2016
|
Senam
pagi, membuat laporan dan mencari literatur di perpustakaan, istirahat,
mendengarkan ceramah agama (wirid bulanan), menemui pembimbing.
|
6.
|
Sabtu & Minggu, 06-07 Februari 2016
|
LIBUR
|
7.
|
Senin, 08 Februari 2016
|
LIBUR
|
8.
|
Selasa, 09 Februari 2016
|
Mengetik pendahuluan laporan, diskusi dengan
pembimbing, istirahat, mencari jurnal manggis, pulang
|
9.
|
Rabu, 10 Februari 2016
|
Membaca di perpustakaan, jumpa pembimbing, mencari
jurnal, menderetkan data, istirahat, jumpa pembimbing, membaca di
perpustakaan, pulang
|
10.
|
Kamis, 11 Februari 2016
|
Memasukkan data, istirahat, memasukkan data, pulang
|
11.
|
Jumat,12 Februari 2016
|
Senam
pagi, mengikuti seminar mingguan, istirahat, menemui pembimbing dan mencari
literatur di perpustakaan
|
12.
|
Sabtu
& Minggu 13-14 Februari 2016
|
LIBUR
|
13.
|
Senin, 15 Februari 2016
|
Apel Pagi, Mencari literatur di perpustakaan, jumpa pembimbing, membantu
penelitian teman, istirahat, membuat tabel regresi, pulang
|
14.
|
Selasa, 16 Februari 2016
|
Membuat tabel regresi, membantu teman di lab. Pasca
panen, berangkat ke sumani melakukan pengamatan kedua bersama Mentari,
istirahat, merapikan data, menjadi responen penelitian Siti Maisaroh, pulang
|
15.
|
Rabu,17 Februari 2016
|
Upacara
memperingati hari kesadaran nasional, mencari literatur di perpustakaan, panen buah manggis bersama Siti Purminah dan pembimbing lapangan,
mengambil alat karakterisasi di ruangan pembimbing lapangan, istirahat,
melakukan pelabelan hasil panen dan pengkodean, penimbangan bobot buah manggis, pulang
|
16.
|
Kamis, 18 Februari 2016
|
Masuk ke Lab.1 mengambil plastic sampel dan boring
karakterisasi, karakterisasi manggis, istirahat, lanjut karakterisasi
manggis, pulang
|
17.
|
Jumat, 19 Februari 2016
|
Senam pagi, karakterisasi manggis, istirahat,
membuat tabel data baru, revisi data yang tidak akurat, membuat pembahasan
bersama pembimbing lapangan, pulang.
|
18.
|
Sabtu & Minggu, 20-21 Februari 2016
|
LIBUR
|
19.
|
Senin, 22 Februari 2016
|
Apel pagi, masuk Lab.1, Jumpa pembimbing,
karakterisasi manggis, jumpa pembimbing, istirahat, membuat laporan bersama
pembimbing, pulang
|
20.
|
Selasa, 23 Februari 2016
|
Membaca di perpus, membuat laporan di kos, acara
visitasi super visi pembimbing dan ketua prodi UIN SUSKA RIAU dengan
mahasiswa PKL, pulang
|
21.
|
Rabu, 24 Februari 2016
|
Mengolah
data dan membuat laporan di Lab.1, istirahat, membaca
di perpus, pulang.
|
22.
|
Kamis, 25 Februari 2016
|
Membuat
laporan di pondok buah naga, istirahat, membuat laporan dan
mengirimkan revisi laporan melalui e-mail, mencari buku di perpus, pulang
|
23.
|
Jumat, 26 Februari 2016
|
Senam
pagi, Mengikuti seminar mingguan, istirahat, membaca
di perpustakaan, pulang
|
24.
|
Sabtu & Minggu, 27-28 Februari 2016
|
LIBUR
|
25.
|
Senin, 29 Februari 2016
|
Apel
pagi, membuat laporan di perpustakaan, istirahat, menemui pembimbing, revisi
laporan dengan pembimbing, tandatangan jurnal
harian, lanjut membuat laporan di perpus, pulang.
|
Lampiran
2. Foto Kegiatan
Praktek Kerja Lapang di Aripan dan KP Sumani
(a)
(a)
(b) (c)
(d)
(e)
(f)
(g) (h)
Gambar: (a) Pelabelan bibit manggis, (b) pengacakan
sampel, (c) hasil sampel bibit manggis yang telah di acak, (d) panenmanggis
sambungan umur 5 tahun, (e) menjadi responden penelitian kitosan pada sawo, (f)
Mengunjungi kebun manggis bersama pembimbing lapangan (g) kulit manggis sisa
karakterisasi penelitian siti purminah tanaman manggis sambungan 5 tahun, (h)
hasil panen mangis sambungan
Lampiran 3. Gambar alat dan bahan yang digunakan pada
saat pengamatan