TUGAS KELOMPOK DOSEN
PEMBIMBING
Fisiologi
Tumbuhan Rosmaina. S.P., M.Si
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
Disusun oleh :
Kelompok 2
Ariyani : 11382202145
Khamilatun Khusna : 11382203026
M. Khoirul Amri : 11382104322
Rizki Al khairi Barus : 11382101958
Septian Nugraha : 11382102230
Suyanti : 11382205915
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
3E
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF
KASIM
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang masih memberikan rahmat dan karunianya berupa nikmat
kesehatan dan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok kelompok LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN.
Shalawat bersampulkan salam tidak lupa pula kami kirimkan kepada
junjungan alam, yakni Nabi Muhamad SAW yang telah membawa umatnya dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Asisten Dosen
yang telah banyak membantu kami dalam terselenggarannya praktikum ini sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik, dan juga Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran,
arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, baik
dalam penulisan maupun penyajiannya, maka kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar kedepannya lebih baik.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.
Pekanbaru,
18 Januari 2015
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………….……..
Daftar Isi………………………………………………………………………….
BAB I Pembahasan
Materi I Pengaruh Kadar Garam Terhadap Penyerapan Air Dan Pertumbuhan
Tanaman……………..…………………1
A. Teori
Dasar…………………………………………………………...1
B. Tujuan………………………………………………………………...2
C. Bahan
dan alat………………………………………………………..2
D. Cara
kerja…………………………………………………..………...2
E. Hasil
pengamatan……………………………………………..……...3
F.
Pembahasan…………………………………………………………..4
G. Kesimpulan…………………………………………………………...5
H. Daftar
Pustaka………………………………………………………..6
BAB II Pembahasan Komposisi Kimia
Membran Sel Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permeabilitas……………………………………….….7
A. Teori
Dasar…………………………………………………..………7
B. Tujuan…………………………………………………….…………7
C. Bahan
dan alat……………………………………………….……...7
D. Cara
kerja…………………………………………………….……..8
E. Hasil
pengamatan……………………………………………….…..8
F.
Pembahasan……………………………………………………..…..9
G. Kesimpulan……………………………………………………...…10
H. Daftar
Pustaka……………………………………………………...10
BAB III Pembahasan Pengaruh
Konsentrasi Enzim……………..……….11
A. Teori
Dasar………………………….……………………………...11
B. Tujuan………………………………………………...……………11
C. Bahan
dan alat………………………………………………..….…11
D. Cara
kerja…………………………………………………………..12
E. Hasil
pengamatan……………………………………………..…...12
F.
Pembahasan…………………………………………………….…..13
G. Kesimpulan…………………………………………………….…..15
H. Daftar
Pustaka……………………………………………………..15
BAB IV Pembahasan Perkecambahan Biji………………………….….....16
A. Teori
Dasar……………………………………………………..….16
B. Tujuan…………………………………………………………..….17
C. Bahan
dan alat……………………………………………………...17
D. Cara
kerja…………………………………………………………..17
E. Hasil
pengamatan………………………………………………..…18
F.
Pembahasan…………………………………………………..….…19
G. Kesimpulan…………………………………………………...……20
H. Daftar
Pustaka……………………………………………………...22
LAMPIRAN
GAMBAR………………………………………………………
Lampiran Materi
1…………………………………………………………...
Lampiran Materi
2…………………………………………………………...
Lampiran Materi
3……………………………………………………………
Lampiran Materi
4……………………………………………………………
BAB I
PEMBAHASAN
MATERI I
PENGARUH KADAR GARAM TERHADAP
PENYERAPAN AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
A.
Teori
Dasar
Air adalah bahan yang sangat penting bagi tumbuhan,
karena air berperan sebagai pelarut, pengangkut zat hara, sebagai system
hidrolik dan pengatur suhu tubuh. Air diserap lewat akar melalui bulu-bulu akar
diteruskan kederah korteks. Sel akan dapat menyerap air bila mempunyai
potensial air negatifnya lebih besar dari larutan tanah. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya penyerapan pasif dengan menyeimbangan potensial air,
potensial osmotic dan potensial tekanan (tekanan turgor).
Jalur yang dilalui air adalah dari bulu akar
terus ke sel korteks akar, endodermis, perisikel sampai ke silem akar. Jalur
ini disebut ekstravaskuler. Air bergerak dari sel ke sel dapat melalui alur
simplas atau arus aplopas. Setelah sampai kesilem akar, air akan diteruskan ke
batang lewat jarinagn pengangkut. Transvor ini di sebut transport
intravaskuler. Mekanisme hantaran air ke atas ( batang ) melalui tiga cara,
yaitu: tekaran akar, teori vital, (aktivitas sel xylem) dan daya hisap daun.
Air yang di hantarkan lewat batang di teruskan kedaun.
Akar mengabsorbsi air dengan cara
osmosis. Oleh karena itu absorbs air oleh tanaman mungkin dilakukan dengan
mengendalikan potensial air larutan dimana akar itu berada. Jika potensial
osmotic larutan luar lebih rendah dari pada potensial osmotik sel-sel akar,
maka air dapat masuk dari larutan luar kedalam system akar. Denga meningkatkan
konsentrasi zat-zat telarut, maka masuknya air kedalam akar akan menjadi lebih
lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.
Apabila potensial air larutan luar
sangat rendah sehingga menghambat absorbs air oleh akar, maka
akibatnyapertumbuhan tanaman akan terhambat. Mengembangnya sel selama proses pembesaran
terjadi akibat tekanan air yang masuk sebagai respon terhadap perbedaan
potensial air. Air yang masuk ini akan menekan dinding sel kearah luar,
sehingga dinding sel merentang menjadi lebih besar.
B.
Tujuan
Melihat
pengaruh osmotic dari konsenterasi gararm terhadap absorbs air dan pertumbuhan
tanaman.
C.
Bahan
dan alat
Bahan
yang digunakan yaitu: kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus) yang berumur 10 hari, larutan NaCl 1 M, dan air
destilasi.
Alat-alat
yang digunakan adalah : labu botol kultur 100 ml/ aqua gelas kertas karton
manila dan karet.
D.
Cara
kerja
1. Dari
larutan baku NaCl (gr) masukkan air kedalam aqua kemudian larutkan NaCl 0,5 gr,
2,5 gr, 5 gr, 10 gr kedalam air setinggi 5 cm pada aqua tersebut.
2. Masukan
masing-masing larutan ke dalam Aqua gelas kultur dan beri label.
3. Tutup
mulut Aqua gelas dengan karton manila, kemudian ikat dengan karet.
4. Ambil
kecambah kacang hijau berumur ± 10 hari. Pilih yang sehat dan baik
pertumbuhannya.
5. Masukan
dua stek kecambah kacang hijau kedalam Aqua gelas.
6. Lakukan
pengamatan setiap 24 jam selama 6 hari dan dicatat semua perubahan-perubahan
yang terjadi pada tanaman.
7. Dihari
terakhir pengamatan, dicatat dan diukur volume larutan yang ada pada yang
masing-masing aqua gelas
E.
Hasil
pengamatan
A. Penanaman
benih kacang hijau dilakukan selama 1 minggu pada hari rabu dengan hasil
pengamatan sebagai berikut :
Hari
Ke
|
Panjang
Akar (cm)
|
Tinggi
Batang (cm)
|
Panjang
Daun (cm)
|
||||||||||||
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
0,7
|
0,7
|
0,5
|
0,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
0,8
|
0,8
|
0,6
|
0,4
|
-
|
1,5
|
1,5
|
1
|
-
|
-
|
0,5
|
0,5
|
-
|
-
|
-
|
5
|
0,9
|
0,9
|
0,7
|
0,5
|
-
|
4
|
3,5
|
2,8
|
-
|
-
|
0,6
|
,6
|
0,5
|
-
|
-
|
6
|
1
|
1
|
0,8
|
0,6
|
-
|
9
|
9
|
9
|
-
|
-
|
0,7
|
0,7
|
0,7
|
-
|
-
|
7
|
1,1
|
1,1
|
0,9
|
0,8
|
0,3
|
11,5
|
11,5
|
11,5
|
1
|
0,5
|
2,7
|
2,7
|
1,5
|
-
|
-
|
8
|
1,3
|
1,3
|
1
|
0,9
|
0,7
|
12
|
11,7
|
11,7
|
2,5
|
1,2
|
2,5
|
2,5
|
1,7
|
1,4
|
1,2
|
Sebelum
di masukkan kecambah yang baik di dalam aqua gelas kultur, tanaman kacang hijau yang di gunakan
sebanyak 2 tanaman, yang sehat dan baik pertumbuhan nya di ukur terlebih dahulu
dengan hasil sebagai berikut :
Tanaman
|
Tinggi tanaman
|
Panjang daun
|
Lebar daun
|
1
|
19 cm
|
3 cm
|
1 cm
|
2
|
14 cm
|
2 cm
|
0.5cm
|
C. Pengaruh
konsentrasi garam terhadap penyerapan air
Konsenterasi NaCl (gr)
|
Volume air yang hilang
|
|
|
|
|
Control
|
5 cm
|
1,5 cm
|
0,5 gr
|
5 cm
|
2 cm
|
0,25 gr
|
5 cm
|
1,9 cm
|
5 gr
|
5 cm
|
0,5 cm
|
10 gr
|
6 cm
|
1,8 cm
|
D. Perubahan
volume air karena pengaruh konsenterasi garam
Konsentrasi NaCl (gr)
|
Volume air
|
|
Awal
|
Akhir
|
|
Control
|
5 cm
|
3,5 cm
|
0,5 gr
|
5 cm
|
3 cm
|
2,5 gr
|
5 cm
|
3,1 cm
|
5 gr
|
5 cm
|
4,5 cm
|
10 gr
|
6 cm
|
4,2 cm
|
E. Pengaruh
konsentrasi garam terhadap pertumbuhan tanaman
Konsenterasi NaCl (gr)
|
Volume air yang hilang (ml)
|
|||||
TT (cm)
|
PD (cm)
|
LD (cm)
|
||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
|
kontrol
|
8,5
|
5
|
3,5
|
2
|
1,3
|
1
|
0,5 gr
|
24
|
16
|
2,3
|
2
|
0,8
|
0,7
|
2,5 gr
|
18
|
22
|
1,2
|
1,2
|
0,4
|
0,4
|
5 gr
|
8
|
15
|
1,2
|
1,2
|
0,3
|
0,2
|
10 gr
|
23
|
21
|
2
|
18
|
0,10
|
0,7
|
Keterangan
: TT (tinggi tanaman); PD (panjang daun ); LD (lebar daun)
5
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman
kacang hijau selama 8 hari, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh kadar garam
terhadap penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan
dengan perubahan tinggi batang, panjang daun, lebar daun yang di rendam dengan
larutan NaCl dengan masing-masing konsentrasi kontrol (air) 0,5 gr, 2,5 gr, 5
gr,10 gr. Selain itu, juga terjadinya pengurangan volume air akibat adanya larutan
NaCl.
Pada percobaan ini volume air yang hilang
pada tiap-tiap konsentrasi tidak seimbang, dimana pada konsentrasi kontrol
.....cm dikarenakan semakin tinggi konsentrasi suatu larutan NaCl maka volume
air akan semakin berkurang juga sehingga tekanan osmotiknya akan besar,
potensial osmotik rendah dan potensial airnya juga akan rendah.
Berkurangnya volume larutan NaCl ini disebabkan oleh potensial air dalam sel rendah sehingga air
dapat masuk kedalam sel, dan dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai bahan dalam
fotosintesis, melarutkan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan serta untuk
mempertahankan turgiditas sel tumbuhan. Karena banyak aktivitas tumbuhan yang
ditentukan oleh air dan bahan yang larut dalam air.
Jika dilihat dari pertumbuhan tanaman kacang hijau, dapat
diketahui bahwa terjadinya pertambahan tinggi batang, panjang daun, dan lebar
daun kacang hijau, namun pada konsentrasi 5 M dan 10 gr diameter lebar daun
menjadi berkurang (mengkerut). Begitu juga dengan bentuk batang, dan warna
daunnya. Semakin tinggi konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman
kacang hijau dan warna daunnya semakin kekuningan bahkan kecokelatan . Hal ini
disebabkan karena potensial air sel
tanaman kacang hijau lebih tinggi dari pada potensial air larutan, akibatnya
air dari sel berosmosis ke luar, sehingga tanaman menjadi kering dan proses
fisiologisnya terganggu dan akhirnya tanaman mati.
6
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa :
· Selain
karbondioksida dan air, tumbuhan masih memerlukan zat-zat lain berupa hara
mineral.
· Suatu
unsur disebut esensial jika tumbuhan itu tidak mampu menyempurnakan daur
hidupnya tanpa unsur tersebut dan jika unsur tersebut menjadi bagian dari
molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial bagi tumbuhan itu.
· Apabila
natrium berada dalam jumlah yang sedikit maka dapat dikatakan sebagai unsur
esensial bagi tumbuhan.
·Adanya
pengaruh kadar garam terhadap penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau.
·Semakin
tinggi konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman kacang hijau dan warna
daunnya semakin kekuningan dan kering.
·Berkurangnya
volume larutan NaCl disebabkan oleh potensial
air dalam sel rendah sehingga air dapat
masuk kedalam sel.
7
Daftar pustaka
http//www.Science of life. Pengaruh
Kadar Garam Terhadap Penyerapan Air dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau.co.id
Tim Fisiologi Tumbuhan. 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor
MATERI II
KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS
A. Teori Dasar
Setiap sel eukariotik memiliki system membran yang
kompleks. Membrane sel secara umum berperan dalam pertukaran bahan-bahan antara
sel dan lingkungan sekitar serta organela sel. Dalam system membrane juga
berlangsung reaksi metabolism seluler. Membran plasma atau plasolema suatu sel
tumbuhan tinggi merupakan batas luar dari protoplasma yang berhadapan dengan
dinding sel.
Berdasarkan ultra struktur dan
fungsi membrane terbukti bahwa membrane tersusun oleh protein, lemak dan
karbohidrat. Sifat khusus membrane lainnya disamping susunan kimianya adalah
sifat fungsionalnya yang semi permeable (permeable diferenstial). Air melalui
membrane secara pasif berdasarkan gradient potensial air. Beberapa solute dapat
lewat tetapi dengan kecepatan dengan mekanisme yang berbeda-beda. Pada membran
tidak hidup, perbedaan permeabilitas bergantung pada besar kecilnya molekul
yang hendak lewat dan ditentukan pula oleh besarnya pori-pori membran,
sedangkan pada membran plasma (sel hidup) besarnya molekul tidak berpengaruh.
Hal ini diduga ada kaitannya dengan kelarutan zat itu dalam salah satu komponen
membran.
B.
Tujuan
Melihat
pengaruh berbagai perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas membran sel.
C.
Alat
dan bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu : daun Rhoe
discolor, air destilasi, alcohol 70%. Alat yang digunakan, yaitu :
hotplate, thermometer, bor / ujung pena untuk membuat potongan-potongan
berbentuk silender garis tengah 0,5 cm, rak tabung reaksi, saringan the/
tissue, cawan petri, pengaduk, dan gelas piala.
D.
Cara
kerja
1.
Ambil daun Rhoe discolor lalu cuci sampai bersih dari debu dan kotoran.
2.
Lubangi daun tersebut dengan ujung pena yang
telah dipersiapkan sebanyak 100 buah, lalu rendam dalam air destilasi agar
cairan sel atau antosianin pada bagian yang dilukai bisa tercuci bersih.
3.
Siapkan larutan alkohol 70%
4.
Persiapkan potongan daun Rhoe discolor masing-masing 50 buah. Untuk perlakuan dalam alkohol
70 %
5. Ambil
50 buah potongan daun yang pertama
direndam dalam alcohol 70% selama 15 menit, kemudian saring dengan tissue, lalu
panaskan Aqua Dm dalam panic pada suhu
80°C lalu masukkan kedalam tabung reaksi, lalu masukkan 50 buah potongan
Rhoe discolor. Biarkan selama 15 menit,
lalu saring kembali. Larutan hasil saringan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
6. Selanjutnya
diambil 50 potongan daun berikutnya untuk perlakuan percobaan berikutnya.
Rendam daun-daun tersebut kedalam Aquades Dm sebanyak 10 ml, rendam selama 30
menit, kemudian saring kembali.
7. Untuk
menghindari kekeliruan pasanglah label pada masing-masing perlakuan.
8. Perbedaan
yang terjadi pada masing-masing perlakuan dicatat dalam lembar pengamatan.
E.
Hasil
pengamatan :
Hasil pengamatan perubahan warna air akibat
perlakuan pada daun Rhoe
discolor.
Perlakuan
|
Tingkat perubahan warna
|
Alkohol 70% tanpa di panaskan
|
+ agak keruh
|
40 °
|
+ agak keruh
|
60 °
|
+ agak keruh
|
80 °
|
+++++ merah muda
|
Keterangan :
+
agak keruh; ++ keruh; +++ keruh mendekati merah muda; ++++ agak merahmuda;
+++++ merah muda; ++++++ merah hampir seperti merah apidermis.
F.
Pembahasan
Dari tabel diatas pada perlakuan panas dapat diketahui bahwa semakin
tinggi suhu yang diberikan maka nilai absorban akan semakin besar. Terlihat
nilai absorbansi pada suhu 80˚C adalah +++++ (merah muda) , nilai ini lebih
besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian suhu yang lainnya. Hal ini terjadi karena
semakin tinggi suhu, menyebabkan membran semakin rusak akibatnya semakin banyak
pula isi sel yang ke luar. Jika suhunya terlalu tinggi, protein, karbohidrat
dan lemak, akan mengalami denaturasi kemudian
meyebabkan isi di dalam sel ke luar karena penyusun membran selnya rusak. Akan
tetapi pada percobaan perlakuan panas ini didapatkan hasil yang tidak sesuai
dengan literature Kesalahan dalam percobaan ini disebabkan oleh beberapa hal
antara lain jaringan yang dipotong tidak sama besar. Kemudian pada waktu
pemanasan, waktu yang digunakan tidak efisien karena setiap kelompok
menggunakan pemanas air yang sama. Jadi saat pengambilan jaringan tidak tepat
waktunya satu menit, kebanyakan sudah lewat dari waktu semestinya karena
praktikan harus antri. Pada perlakuan dingin, nilai absorban yang diperoleh
pada perlakuan 40°C dan 60°C yaitu (+ agak keruh) sama dengan perlakuan alkohol
70% (+ agak keruh), sedangkan pada
perlakuan 80°C (+++++ merah muda)
Hal ini berarti membran mengalami kerusakan yang lebih parah dibandingkan
dengan suhu normal. Suhu ini mungkin terlalu ekstrim bagi ketahanan membran
karena membran tidak tahan terhadap suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
Jika dibandingkan dengan aqua Dm tanpa dipanaskan (+ agak keruh). Nilai absorban dengan suhu 80°C lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain yang diberikan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa semua perlakuan yang diberikan terhadap permeabilitas membran sel memberikan pengaruh berbeda-beda akibat perlakuan yang diberikan, baik perlakuan panas, perlakuan dingin, maupun perlakuan dengan senyawa kimia.
Jika dibandingkan dengan aqua Dm tanpa dipanaskan (+ agak keruh). Nilai absorban dengan suhu 80°C lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain yang diberikan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa semua perlakuan yang diberikan terhadap permeabilitas membran sel memberikan pengaruh berbeda-beda akibat perlakuan yang diberikan, baik perlakuan panas, perlakuan dingin, maupun perlakuan dengan senyawa kimia.
G.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa membran sel akan mengalami
kerusakan jika diberikan perlakuan suhu yang ekstrim. Semakin tinggi suhu yang
diberikan, maka kerusakan pada membran akan semakin parah karena membran sel
tidak tahan terhadap keadaan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin.
Pengaruh permeabilitas membran berbeda-beda untuk setiap perlakuan panas, perlakuan
dingin, dan perlakuan dengan senyawa kimia.
H.
Daftar
Pustaka
Prawinata, W.
1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan
Jilid I. Bandung : ITB.
Tim Fisiologi Tumbuhan. 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Tim Fisiologi Tumbuhan. 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
MATERI III
PENGARUH KONSENTERASI ENZIM
A. Teori Dasar
Sel yang hidup pasti akan melakukan metabolisme, yaitu reaksi kimia yang
dilakukan sel untuk menghasilkan energy dan menggunakan energy tersebut untuk
mensintesis komponen-komponen sel serta untuk kegiatan-kegiatan selular.
Melalui penggunaan energi ini, metabolism dapat diatur.kecepatan reaksi
metabolism yang berlangsung diatur oleh enzim yang jumlahnya terdapat pada saat
penggunaan yang tepat.
Pada umumnya reaksi kimia dalam sel hidup sangat lamban bila tanpa
katalisator. Enzim mampu berperan sebagai katalisator dengan mempercepat
reaksi, lebih cepat jika dibandingkan dengan katalisator anorganik. Enzim
sebagai katalisator hayati sama sekali tidak terpengaruh oleh reaksi yang
dipercepatnya. Kerja enzim sangat spesifik, sehingga dapat menghindari
terbentuknya ikatan yang bersifat toksik. Namun karena enzim merupakan protein
maka aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh temperatur, pH, konsenterasi enzim,
dan konsenterasi substrat.
B.
Tujuan
Mengamati pengaruh konsenterasi enzim terhadap kecepatan reaksi
(perubahan amilun menjadi glukosa)
C.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan, yaitu: kecambah kacang hijau (phaseolus radiates) yang berumur 1 hari, larutan amilum 4%,
larutan JKJ, dan air destilasi.
Alat-alat yang digunakan antara lain gelas ukur, motir porselin, tabung
reaksi, sentrifuge, gelas piala, pipet, dan rak tabung reaksi.
D.
Cara
kerja
1.
Dipilih 100 kecambah kacang hijau yang baik dan
kupas kulitnya untuk digerus dengan mortar porselin sampai halus.
2.
Bubur kecambah kacang hijau tersebut dimasukkan
kedalam gelas ukur kemudian ditambah air destilasi sampai rata (100 ml) dan
disentrifuge selama 5 menit.
3.
Supernatan dipisahkan dengan lapisan bawah.
Cairan supernatan dianggap memiliki kadar enzim 100%.
4.
Panaskan larutan amilum 4%.
5.
Masukkan 5 ml caairan enzim dan tambahkan 2,5 ml
larutan amilum, kemudian tambahkan larutan JKJ sampai berwarna biru tua ke
dalam tabung reaksi. Pencampuran dianggap waktu ke-0.
6.
Tentukan lama waktu yang diperlukan dalam pengubahan
amilum menjadi glikosa. Lakukanlah percobaan dengan perlakuan kadar enzim 75%,
50%dan 25%.
7.
Setiap perlakuan dilakukan 2 kali ulangan.
8.
Amati hubungan perubahan warna dengan kadar
enzim. Buatlah grafiknya.
E.
Hasil
Pengamatan
Konsenterasi enzim (ml)
|
Perlakuan ke
|
Lama perubahan amilum menjadi
glukosa (detik)
|
Rerata
|
5 ml
|
1.
2.
|
26,8 detik
12,56 detik
|
16,84
|
10 ml
|
1.
2.
|
14,00 detik
14,53 detik
|
14,26
|
15 ml
|
1.
2.
|
14,33 detik
11,26 detik
|
12,79
|
25 ml
|
1.
2.
|
32,3 detik
14,48 detik
|
23,42
|
F.
Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan pada pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan perubahan amilum
menjadi glukosa, didapatkan hasil bahwa semakin banyak kadar enzim maka semakin
cepat waktu perubahan amilum menjadi glukosa. Hal ini dapat dibuktikan pada
kadar 100% yaitu dengan larutan amilum 2,5ml ditambah larutan JKJ kemudian
ditambah 5ml supernatan (enzim), mengalami perubahan warna larutan paling cepat
dibanding dengan kadar 5 ml, 10 ml, 15 ml, 25 ml.Hal ini dikarenakan pada kadar
25 ml, memiliki tingkat enzim yang lebih banyak dibanding kadar 15 ml, 10 ml, 5
ml.
Sesuai
dengan teorinya yaitu laju reaksi tergantung perjumlah enzim dalam substrat
yang berhasil membentuk kompleks jika konsentrasi keduanya tinggi, jumlah
kompleks yang mungkin terbentuk juga tinggi jika substrat cukup tersedia,
penggandaan konsentrasi enzim menyebabkan laju reaksi meningkat dua kali lipat. (Lakitan. 2007).
Pada
percobaan ini enzim yang digunakan untuk merubah amilum menjadi glukosa didapat
dari supernatan kecambah kacang hijau yang berumur 1 hari, yang mana kecambah
tersebut sempat melakukan respirasi yang dalam hal ini menggunakan energi
cadangannya berupa glukosa dan ditimbun
dalam bentuk pati. Dan dengan cara di sentrifuse maka akan diperoleh
supernatannya sebagai enzim, yaitu enzim amilase yang akan merubah amilum
menjadi glukosa.
Penambahan
larutan JKJ juga dilakukan pada larutan amilum agar uraian amilum menjadi
glukosa dapat diketahui atau dapat dikatakan larutan JKJ digunakan sebagai alat
ukur laju reaksi pembetukan amilum menjadi glukosa dimana waktu supernatan
dalam amylase ditambahkan larutan JKJ akan menghasilkan warna biru, namun
setelah beberapa saat perubahan warna terjadi, warna biru menjadi warna putih,
hal ini menandakan hidrolisis amilum sudah terjadi. (Winarto, 1983)
Kadar
air dalam reaksi pembentukan glukosa sangat berpengaruh dengan kadar
supernatant yang berbeda – beda, maka kadar air yang dibutuhkan akan berbeda –
beda pula. Terlihat pada keadaan supernatant 100% penambahan aquades tidak ada,
namun kecepatan reaksi dapat dilihat lebih cepat dibandingkan dengan supernatan
yang kadar airnya banyak. Dalam reaksi enzim air tidak mutlak sebagai faktor
yang penting, namun jenis keterkaitan enzim air lebih penting terhadap
keaktifan enzim (Winarto, 1983) lain
halnya dengan keadaan supernatant 5 ml maka laju reaksi akan lambat karena
didukung oleh kadar airnya bebas.
Namun,
pada praktikum mengamati perubahan amilum menjadi glukosa, kelompok kami tidak
dapat membuktikan warna perubahannya yaitu dari warna biru pekat menjadi putih.
Ini dikarenakan waktu pengamatan yang kami lakukan hanya sampai detik ke 32,3
dan 14,48 dan warna ke empat larutan belum menjadi putih. Akan tetapi, kami
dapat menarik kesimpulan yang sesuai dengan grafik yang dibuat, bahwa semakin
banyak kadar enzimnya, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk merubah
amilum menjadi glukosa. hal ini dibuktikan dengan kadar 25 ml memiliki warna
hijau kebiruan, sedangkan untuk kadar masih memiliki warna biru muda pada detik
ke 26,8 dan 12,56 .
G.
H.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan yang dilakukan dalam mengamati perubahan amilum menjadi
glukosa, didapatkan kesimpulan bahwa:
1.
Enzim adalah katalis hayati yang berfungsi
mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi.
2.
Enzim hanya dapat berkerja pada suatu jenis reaksi
tertentu saja.
3.
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu, dan pH.
4.
Semakin tinggi kadar enzim, maka semakin
cepat laju reaksi.
5.
Enzim yang digunakan untuk merubah amilum
menjadi glukosa adalah amilase yang didapat dari supernatan kecambah kacang
hijau berumur 1 hari.
I.
Daftar
pustaka
http://www.Science of life.
Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Perubahan Aluminium Menjadi Glukosa .co.id
Lakitan,
benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
MATERI IV
PERKECAMBAHAN BIJI
A. Teori Dasar
Perkecambahan
dapat diartikan sebagai suatu perubahan morfologis seperti penonjolan akar
lembaga (radikula), dapat juga diartikan munculnya semai atau juga secara
teknis perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang
menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi
peristiwa-peristiwa :
1.
Imbibisi air dan absorbs air
2.
Hidrasi jaringan
3.
Adsorbsi jaringan
4.
Pengaktifan enzim dan pencernaan
5.
Transport molekul yang terhidrolisis ke sumbu
embrio
6.
Peningkatan respirasi dan asimilasi
7.
Inisiasi pembelahan dan pembesaran sel
8.
Munculnya embrio
Proses penyerapan air oleh biji sebagai akibat tarikan terhadap molekul
air karena besarnya potensi matriks dari dinding sel dan bahan-bahan lain yang
terkandung dalam sel. Oleh sebab itu, penyerapan air akan tetap berlangsung
baik pada biji dalm keadaan dorman atau tak dorman, baik biji tersebut hidup
(viable) atau mati. Penyerapan air oleh biji sepenehnya merupakan peristiwa
fisika yang dikenal dengan imbibisi. Setelah terjadi proses tersebut terjadilah
reaksi enzimatis dan beberapa proses metabolisme segera dimulai.
Dalam proses perkecambahan
fitohormon sangat diperlukan, yaitu; 1) giberelin untuk menggiatkan enzim
hidrolitik; 2) sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar
lembaga; 3) auksin meningkatkan pertumbuhan karena pembesaran koleoriza akar
lembaga dan aktivitas geotropi yaitu orientasi yang benar pada pertumbuhan akar
dan pucuk, terlepas dari orientasi.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui pengaruh lama perendaman terhadap
penyerapan air oleh biji kacang tanah
2.
Melihat pengaruh kinetin terhadap perkecambahan
biji kacang tanah, kacang hijau, dan padi
C.
Bahan
dan alat
Bahan yang
digunakan, yaitu: biji kedelai, biji kacang tanah, air destilasi dan larutan
kinetin 100 ppm.
Alat-alat yang
digunakan, yaitu: kantong plastik, timbangan analitik, tisu, cwan petri, kertas
saring dan gunting.
D.
Cara
kerja
D.1 Pengaruh
lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang kedelai
1.
timbang biji kacang tanah yang ukurannya hampir
sama seberat 5 gr sebanyak 5 bagian.
2.
Masing-masing bagian direndam dalam kantong
plastic yang berisi air selama 2,6,10,14,18 jam.
3.
Setelah selesai perlakuan biji kacang tanah
dikeringkan dengan cara meniRiskan air diletakkan di atas kertas tisu, kemudian
timbang biji tersebut dan data hasil pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan.
D.2 pengaruh
kinetin terhadap perkecambahan biji kacang tanah.
1.
Siapkan larutan kinetin 0,10,20,30,40 dan 50 ppm
masing-masing 60 ml
2.
Masing-masing konsenterasi larutan dimasukkan ke
dalam cawan petri (setiap cawan petri berisi 10 ml larutan) dan beri label.
3.
Masukkan kertas saring kedalam cawan petri biji
kacang tanah, kacang hijau, dan padi sebanyak 10 buah.
4.
Hitung persentase biji yang berkecambah.
E.
Hasil
pengamatan
D.1 Pengaruh
lama perendaman terhadap penyerapan air oleh kacang tanah.
Lama perendaman jam
|
Berat biji
|
Pertambahan (gr)
|
|
Awal
|
akhir
|
||
2
|
5 gr
|
7,98 gr
|
2,98 gr
|
6
|
5 gr
|
7,52 gr
|
2,52 gr
|
10
|
5 gr
|
8,46 gr
|
3,46 gr
|
14
|
5 gr
|
7,86 gr
|
2,86 gr
|
18
|
5 gr
|
8,20 gr
|
3,2 gr
|
D.2 pengaruh
kinetin terhadap perkecambahan biji kacang tanah, kacang hijau dan padi
Larutan kinetin (ppm)
|
Perkecambahan
|
|||||
Kacang tanah
|
Kacang hijau
|
Padi
|
||||
∑
|
%
|
∑
|
%
|
∑
|
%
|
|
0
|
10
|
60
|
10
|
50
|
10
|
75
|
10
|
10
|
70
|
10
|
50
|
10
|
80
|
20
|
10
|
75
|
10
|
60
|
10
|
60
|
30
|
10
|
80
|
10
|
70
|
10
|
80
|
40
|
10
|
90
|
10
|
85
|
10
|
85
|
50
|
10
|
80
|
10
|
90
|
10
|
95
|
F.
Pembahasan
Dari analisis data dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu perendaman biji kacang dalam air maka waktu yang dibutuhkan untuk
penyerapan air semakin besar. Berdasarkan uji lanjut diketahui bahwa perlakuan
perendaman biji kacang tanah di dalam air selama 6 jam menghasilkan rerata
waktu perkecambahan yang paling sedikit dibandingkan dengan perendaman lainnya.
Berdasarkan
hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh lama perendaman
terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji yang berbeda untuk setiap
perlakuan.
Terjadinya
pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji kacang hijau ini,
disebabkan karena adanya peristiwa imbibisi, yaitu merupakan peristiwa fisika
dimana air masuk ke dalam biji.
Menurut
Dwidjoseputro (1991), sel-sel biji kacang yang kering mempunyai nilai
osmosis yang rendah, sehingga mempunyai nilai potensial osmotik yang rendah dan
mempunyai nilai defisit tekanan osmotik yang tinggi, sehingga apabila biji yang
kering direndam dalam air dalam waktu yang lama akan terjadi peristiwa imbibisi
yang sebenarnya juga merupakan suatu proses difusi air atau osmosis. Hanya saja
pada imbibisi, zat yang menyerap air merupakan koloid atau zat padat seperti
biji tumbuhan yang keras.
Semakin
lama waktu perendaman, maka akan semakin besar penambahan berat biji. Hal ini
dikarenakan semakin banyaknya air yang diserap sehingga biji mengembang dan
mengeluarkan radikula.
Menurut Heddy
(1990), mengembangnya material tersebut karena matreriasl tersebut
mengabsorbsi air, yang berarti bahwa molekul-molekul yang diabsorbsi akan
diikat pada permukaan zat yang mengabsorbsi. Oleh karena peristiwa imbibisi ini
dianggap didasari oleh proses difusi karena di dalam peristiwa imbibisi tidak
terdapat membran yang membatasi antara molekul yang di imbibisi dengan molekul
yang mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat yang melakukan
imbibisi selalu naik selama proses imbibisi berlangsung. Penambahan volume
dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat
mula-mula, dnegan zata yang di imbibisi apabila dalam keadaan bebas.
Namun,
pada praktikum kali ini, terjadi sedikit perbedaan yang mana pada perendaman
jam, terjadi penurunan berat biji dibanding dengan yang direndam selama jam.
Hal ini dapat terjadi diperkirakan karena berbedanya kondisi biji sebelum
direndam seperti permeabilitas kulit biji, luas permukaan biji yang kontak
dengan air, dan konsentrasi air untuk merendam biji tersebut.
Menurut
Firdaus, dkk (2006), Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air
oleh biji adalah: Konsentrasi air (konsentrasi air diluar biji dibandingkan
dengan konsentrasi air didalam biji), Permeabilitas kulit biji atau membrane
biji (Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan
permiabel), Suhu(Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan
difusi air ke dalam biji sampai batas waktu tertentu), Luas permukaan biji yang
kontak dengan air (Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan
luas permukaan), Tekanan hidrostatik (Meningkatnya volume air yang masuk akan
menimbulkan tekanan hidrostatik. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam biji
akan memperlambat penyerapan air), Spesies (Masing–masing spesies mempunyai
kecepatan penyerapan tertentu), Komposisi kimia (Biji yang mempunyai kadar
protein yang tinggi menyerap lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan
dengan biji yang kadar karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi), dan
Umur biji (Biji tua menyerap lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak).
G.
Kesimpulan
Lamanya suatu perendaman terhadap tumbuhan, khususnya
biji kacang tanah akan berpengaruh terhadap tumbuhan itu sendiri mengingat
bahwa air sangat mutlak dibutuhkan oleh tumbuhan itu sendiri, terutama biji
kacang tanah. Beberapa fungsi air dalam tubuh tumbuhan antara lain sebagai
pelarut universal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuahan, sebagai
medium reaksi enzimatis, dan secara tidak langsung air mempengaruhi laju reaksi
metabolisme.
Pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu tumbuhan karena proses perendaman adalah :
1. Kulit kacang membuka
2. Tumbuh akar kecil
3. Tumbuh batang kecil
4. Akar memanjang
5. Batang memanjang
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan
bahwa:
·
Adanya
pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau.
·
Syarat
untuk mengaktifkan embrio adalah: air yang cukup, suhu, oksigen, dan cahaya.
·
Fungsi
air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji.
·
Penyerapan
air oleh biji sepenuhnya merupakan peristiwa fisika yang dikenal sebagai
imbibisi.
·
Air
masuk ke dalam biji melalui proses imbibisi dan osmosis.
·
Imbibisi
air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia sehingga perkecambahan
dapat terjadi.
·
Perkecambahan
dapat diartikan sebagai suatu perubahan morfologis seperti penonjolan akar
lembaga (radikula).
·
Faktor
yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah: Konsentrasi air,
Permeabilitas kulit biji atau membran biji, Suhu, Luas permukaan biji yang
kontak dengan air, Tekanan hidrostatik, Spesies, Umur biji, dan Komposisi
kimia.
·
Penyerapan
air akan tetap berlangsung baik pada biji dalam keadaan dorman atau tak dorman.
H.
Daftar
pustaka
http://www.Rafki yasien.m.2012. pengaruh lama perendaman terhadap
pertumbuhan biji kacang hijau.co.id
LAMPIRAN
GAMBAR PRAKTIKUM PER-BAB BESERTA PENJELASANNYA
©
MATERI I PENGARUH KADAR GARAM
TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
Gambar
No 1 dan 2 merupakan kecambah kacan
hijau yang berumur 8 hari, lalu untuk melakukan percobaan praktikum ini langkah
pertama lubangi kertas karton seperti gambar 3 seukuran kecambah, masukkan
larutan NaCl yang telah dilarutkan kedalam Gelas Plastik, kemudian tutup dengan
Kertas karton yang telah dilubangi tadi, langkah selanjutnya masukkan kecambah
yang ada digambar 1 dan 2 melalui lubang karton, lalu amati seperti prosedur.
LAMPIRAN
GAMBAR PRAKTIKUM PER-BAB BESERTA
URAIAN PRAKTIKUMNYA
© MATERI II KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS
Ambil
tanaman Rhoe discolor secukupnya,
seperti gambar No.1, lalu cuci dengan air bersih seperti Gambar No 2, kemudian
lubangi daun tanaman Rhoe discolor
dengan menggunakan tutup pena sebanyak 100 sampel seperti gambar No. 3 dan 4, rendam
dalam air destilasi agar cairan sel atau antosianin pada bagian yang dilukai
bisa tercuci bersih, lalu Rendam kembali dengan Alkohol 70% seperti pada gambar
No. 6, lihat perubahannya selama 15 menit lalu catat, setelah itu tiriskan
dengan tisu seperti tampak pada gambar No.11, panaskan Aqua Dm
dalam panci pada suhu 80°C pada gambar No 7 dan 8, lalu masukkan
kedalam tabung reaksi, lalu masukkan 50 buah potongan Rhoe discolor. Biarkan
selama 15 menit, lalu saring kembali.
Larutan hasil saringan dimasukkan ke dalam tabung reaksi seperti gambar No 10, dan
kemudian catat perubahannya, dan ditiriskan dengan tissue, seperti tampak pada
gambar No. 12.
LAMPIRAN
GAMBAR PRAKTIKUM PER-BAB BESERTA
PENJELASANNYA
©
MATERI
III KONSENTRASI ENZIM
Ambil
Kecambah, dan bersihkan Kecambah tersebut dari Kulit Biji yang menutupi
kotiledon, lalu kecambah yang telah bersih di masukkan kedalam alat penghalus,
lalu haluskan.
Lalu kecambah yang telah di haluskan dicampurkan
dengtan Aqua DM sebanyak 35 ml didalam alat penggiling tersebut, kemudian
masukkan kedalam gelas piala, untuk di goyang-goyang sedikit, kemudian kembali
dimasukkan kedalam gelas ukur, untuk melihat berapa banyak sampel yang harus
dimasukkan kedalam sentrifuge dan di putar didalam mesin yang ada di Lab tsb.
Larutan
yang telah dibuat tersebut kemudian dimasukkan kedalam mesin diatas dan di
putar selama 10 menit, lalu setelah itu, larutan JKJ yang telah jadi tersebut
dimasukkan kedalam tabung reaksu untuk diproses lagi dengan metode berikutnya.
LAMPIRAN
GAMBAR PRAKTIKUM PER-BAB BESERTA
PENJELASANNYA
© MATERI IV PERKECAMBAHAN
Gambar
No1 menunjukkan langkah menyediakan media tanam dengan cara membasahkan tissue
dan meletakannya didalam gelas plastic yang kemudian diletakkan diatasnya biji
kacang hijau, gambar No 2 menunjukkan telah keluarnya akar dari biji kacang
hijau tersebut, gambar No 3 menunjukkan akar yang memanjang dan juga persiapan
daun pertama keluar, gambar No 4 keluarnya daun pertama dan juga pemanjangan
batang yang mulai tampak, gambar No 5 dan No 6 menunjukan perkembangan kecambah
sempurna, dengan semua aspek tumbuh yang terpenuhi, No 7 dan No 8 menunjukkan
perkembangan sempurna dari kecambah yang telah berumur 1 minggu.