USULAN PENELITIAN
“PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BOKASI DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN CABAI (Capsicum annum L.). PADA MEDIA GAMBUT”
Disusun oleh :
Aidilia Rahma
Sari
11382202115
Khamilatun
Khusna
11382203026
Yuliana
11382203900
Tugas
Proposal Sistem Pertanian Organik
Dosen
Pembimbing : Oksana, SP, MP
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SULTAN
SYARIF KASIM
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan
penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian
pupuk bokasi dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan cabai. Pada media
gambut”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Oksana, SP, MP sebagai
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan
motivasi sampai selesainya usulan penelitian ini.
Tidak lupa pula buat seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di
dalam penyelesaian usulan penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu. Tidak ada yang pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar usulan penelitian ini bermanfaat bagi
kita semua dan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian.
Pekanbaru, 14
Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar················································································
BAB
I PENDAHULUAN·································································· 1
1.1 Latar Belakang··········································································· 1
1.2 Rumusan Masalah······································································ 2
1.3 Tujuan Penulisan········································································ 2
1.4 Manfaat Penelitian······································································ 3
1.5 Hipotesis·················································································· 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA························································· 4
2.1 Tanaman Cabai················································································ 4
2.2 Bokashi··················································································· 6
BAB
III METODE PENELITIAN······················································ 7
3.1 Lokasi Penelitian········································································ 7
3.2 Waktu Penelitian········································································ 7
3.3 Bahan dan Alat················································································· 7
3.4 Metode Penelitian······································································· 7
3.5 Pelaksanaan Penelitian································································· 8
3.5.1 Persemaian dan Pemeliharaan Bibit········································· 8
3.5.2 Persiapan Tempat Penelitian·················································· 8
3.5.3 Persiapan Media Tanam······················································· 9
3.5.4 Pemberian Perlakuan··························································· 9
3.5.5 Penanaman······································································· 9
3.5.6 Pemeliharaan····································································· 9
3.5.6.1 Penyiraman····························································· 9
3.5.6.2 Penyulaman···························································· 10
3.5.6.3 Penyiangan····························································· 10
3.5.6.4 Pemasangan Turus···················································· 10
3.5.7 Parameter Pengujian··························································· 10
3.5.8 Pengambilan Sampel··························································· 11
DAFTAR
PUSTAKA······································································ 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai
merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan
selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomis
tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk
keperluan industri makanan.
sehingga volume peredarannya di pasaran sangat besar.
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya
Kalori, Protein, Lemak, Kabohidrat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C
(Rukmana, 1995).
Menurut Badan Pusat Statistik (2012) produksi cabai merah
di Provinsi Riau pada tahun 2011 adalah 15.909 ton dengan luas areal panen
3.488 hektar dan produktivitas rata-rata 4,56 ton/hektar. Produktivitas cabai
di Riau ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi
yang ada di Indonesia pada umumnya seperti Sumatera Barat yang mencapai 65.108
ton dengan luas areal panen 8.196 hektar dengan produktivitas rata-rata 7,94
ton/hektar, sedangkan Sumatera Utara 245.773 ton dengan luas areal panen 22.129
hektar dan produktivitas rata-rata 11,11 ton/hektar.
Rendahnya produktivitas cabai di Riau salah satunya
disebabkan petani cabai yang belum menggunakan benih cabai varietas unggul,
padahal dengan penggunaan varietas unggul tanaman cabai produksinya bisa
mencapai 15-20 ton/ha (Suseno, 2002). Varietas cabai SSP IPB yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan salah satu varietas cabai yang dikeluarkan oleh
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang memiliki rasa pedas (kandungan
kapsaicin 967 ppm) dengan panjang buah 12-15 cm, bobot per buah 8-10 gram,
produktivitas 700-800 gram/tanaman dan umur panen 72-78 hari setelah tanam,
dimana untuk umur panen varietas ini lebih cepat dibandingkan dengan varietas
cabai pada umumnya.
Selain itu, rendahnya produktivitas cabai di Riau juga
disebabkan penggunaan pupuk anorganik ( Urea, TSP, KCL ) secara terus menerus
yang tidak di imbangi dengan pupuk organik, sehingga dapat merusak tanah
(Suseno, 2002). Pupuk anorganik sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung
unsur hara mikro, oleh sebab itu perlu di imbangi dengan penggunaan pupuk
organik atau kompos yang banyak mengandung hara mikro terutama kompos yang
berasal dari daun-daunan seperti kompos leguminosa maupun Bokashi (Pracaya, 2001)
Permasalahan yang terjadi pada pertanian di lahan gambut adalah ketersediaan unsur hara
yang relatif rendah dan
kemasaman tanah tinggi sehingga berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Alternatif yang
digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan cabai hibrida adalah dengan
menggunakan bokashi jerami padi sebagai pupuk organik yang berperan sebagai
sumber unsur hara.
Berdasarkan dari penjelasan dan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh
pemberian pupuk bokasi dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan cabai.
Pada media gambut”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
pemberian bokashi berpengaruh terhadap tingginya tanaman cabai pada media
gambut?
2. Apakah
pemberian bokashi berpengaruh terhadap berat kering tanaman cabai pada media
gambut?
3. Berapakah
dosis bokashi yang terbaik terhadap tinggi tanaman cabai pada media gambut?
4. Berapakah
dosis bokashi yang terbaik terhadap berat kering tanaman cabai pada media
gambut?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui
pengaruh bokashi terhadap tinggi tanaman cabai pada media gambut.
2. Mengetahui
pengaruh pemberian bokashi terhadap berat kering tanaman cabai pada media
gambut.
3. Mengetahui
dosis bokashi terbaik terhadap tinggi tanaman cabai pada media gambut?
4. Mengetahui
dosis bokashi terbaik terhadap berat kering tanaman cabai pada media gambut.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian
ini dilakukan agar kedepannya kita baik itu sebagai mahasiswa dan kaum
terpelajar ataupun masyarakat luas untuk mengetahui tentang dosis pemberian
pupuk bokashi yang tepat untuk pertumbuhan pada tanaman cabai.
I.5
Hipotesis
Pemberian Bokashi dengan dosis 750 gr/tanaman merupakan pemberian dosis terbaik terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman cabai (Capsicum
Annuum L).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cabai
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae)
yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan
Asia termasuk Negara Indonesia, mereka memanfaatkan tanaman berbuah pedas
tersebut sebagai bumbu penyedap masakan (Prajnanta, 1999).
Dari masa ke masa, tanaman cabai mengalami perkembangan. Perkembangan ini
bisa dikatakan sejalan dengan perkembangan penduduk, kemajuan teknologi dan
kemampuan berevolusi dan beradaptasi dari tanaman itu sendiri. Perkembangan
penduduk antara lain menyebabkan peningkatan permintaan akan cabai. Kemajuan
teknologi yang ditopang oleh kemajuan berevolusi dan beradaptasi, antara lain
berhasil memurnikan varietas cabai yang ada (Pracaya, 2001).
Di Indonesia sendiri, penanaman cabai bermacam-macam
tergantung daerahnya. Cabai sering disebut dengan berbagai nama lain, misalnya,
lombok, cengis, cengek, dan masih banyak lagi sebutan lainnya (Prajnanta,
1999). Dalam tata nama ilmiah, menurut Suseno (2002) tanaman cabai
termasuk dalam genus Capsicum, dengan klasifikasi lengkap sebagai berikut :
Kingdom : Plantae, Divisi : Magnolioyt, Kelas : Magnoliopsida,
Sub kelas : Asteridae, Ordo : Solanales, Famili : Solanaceae,
Genus : Capsicum.
Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas
akar utama dan akar lateral, akar lateral mengeluarkan serabut, mampu menembus
kedalaman tanah sampai 50 cm dan melebar sampai 45 cm (Prihmantoro, 2001).
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang berkayu, batang akan tumbuh
sampai ketinggian 120 cm, kemudian membentuk banyak percabangan, dengan lebar
tajuk tanam sampai 90 cm (Suseno, 2002).
Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada
batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul warna
coklat seperti kayu, ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan
jaringan parenkim (Prajnanta, 1999).
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun
yang berbentuk oval dan ada juga yang berbentuk lonjong. Warna permukaan daun
bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan
(Prihmantoro, 2001).
Permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat
atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus dan ada pula yang
berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 cm, dengan lebar antara
1-5 cm berbentuk lonjong (Pracaya, 2001).
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu
berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas
Asteridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya
terdapat 2-3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam,
ada yang putih, putih kehijauan dan ungu. Diameter bunga antara 5-20 mm (Panah
Merah, 1999).
Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu tanaman
terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina
dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan
penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam
dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang
ditanam sendirian (Prajnanta, 1999).
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan
memiliki banyak variasi. Menurut Sutedjo (2002) varietas dengan tipe elongate
memiliki rasa yang sangat pedas, serta memiliki ukuran buah ± 12x0,8 cm, dan
memiliki berat 5-6 gram.
2.2 Bokashi
Bokashi adalah bahan organic, dapat berupa pupuk kandang, jerami, sisa-sisa
tanaman, yang telah didekomposisi oleh mikroorganisme yang ada dalam “EM-4’ ,
bokashi selain mengandung unsur hara anorganik (N.P.K dan unsur mikro lainnya)
juga mengandung mikroorganisme yang masih aktif untuk proses fermentasi dan
dekomposisi (Higa dan Wididana, 1993). Dalam upaya untuk memasyaratkan
penggunaan tanaman cabai Varietas TM-999 sebagai indikator, dalam kaitannya dengan
pengujian pengaruh dari bokashi.
Kata Bokashi
diambil dari bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang terfermentasi. Oleh
orang Indonesia, kata bokashi dipanjangkan menjadi “bahan organik kaya akan
sumber kehidupan”. Bokashi adalah pupuk organik hasil fermentasi bahan organik
oleh sejumlah besar jasad renik dalam lingkungan yang hangat, basah dan
berudara dengan hasil akhir berupa humus (Dalzell dkk, 1991 dalam Sastraatmadja
1992).
Pemanfaatan
pupuk bokashi secara rutin dapat berdampak nyata terhadap peningkatan kesuburan
lahan, tanah menjadi gembur, serta sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi
lebih baik (Wariyanto, 2002).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini
akan dilakukan di lahan percobaan milik Fakultas Pertanian dan Peternakan Uin
Sultan Syarif
Kasim Riau, Kampus Raja Ali Haji, Kelurahan
Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. untuk penanamannya,
lalu untuk Analisis Berat Kering akan dilakukan di Lab Agronomi Uin Sultan Syarif Kasim Riau.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan awal november 2015 – Akhir Februari 2016.
3.3 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain adalah bokashi jerami padi, tanah Gambut
masak, bibit cabai VarietasTM-999, polybag berukuran 30 cm x 20 cm, pestisida
nabati, pupuk kandang dan pupuk Dolomit.
Alat yang digunakan adalah cangkul, garu, parang, timbangan, timbangan
digital, timbangan analitik, ayakan, ember plastik, gembor, seedbed,
meteran dan alat tulis.
3.4 Metode
Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAK menggunakan
Lima perlakuan termasuk kontrol, masing-masing perlakuannya diulang sebanyak 4
kali pengulangan sehingga terdapat 20 Unit percobaan. Tiap satuaan percobaan
terdiri atas I polybag, dan tiap polybag berisi 1 tanaman. Kemudian dilakukan
uji lanjut BNT taraf 5%.
Variabel
bebas adalah bokashi. Sedangkan variabel terikat adalah pertumbuhan vegetatif
tanaman (tinggi tanaman, berat kering).
Varietas
cabai yang akan digunakan didalam penelitian ini adalah varietas TM-999.
Percobaan
dilakukan dengan menggunakan bahan organuik berupa bokashi. Dengan takaran
bokashi yang digunakan adalah 0 gr ( kontrol ), 250 gr, 500 gr, 750 gr, 1000
gr. Dalam takaran 5 Kg tanah gambut dalam polybag.
3.5
Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Persemaiaan dan Pemeliharaan Bibit
Media persemaian merupakan campuran dari pupuk kandang sapi dan tanah
topsoil inceptisol yang telah diayak dengan perbandingan 1 : 1. Benih yang
telah disediakan direndam terlebih dahulu dalam air hangat dengan suhu 500C
selama 10 menit guna untuk melihat biji yang bernas serta memecah
dormansi benih, setelah itu lakukan seleksi
benih, benih yang terapung tidak digunakan dan benih yang tenggelam ditiriskan
untuk disemai kedalam media persemaian yang terbuat dari polybag kecil berukuran 10 cm x 6 cm,
penyemaian dilakukan dengan menanam satu benih pada satu polybag. Bibit yang
telah ditanam selanjutnya dilakukan pemeliharaan dengan melakukan penyiraman
pada pagi dan sore hari secara rutin. Pemindahan
bibit ke polybag berukuran 30 cm x 20 cm dilakukan setelah bibit tanaman cabai berumur 38 hari
setelah semai dan ditandai dengan jumlah daun dewasa sebanyak 4-6 lembar.
3.5.2
Persiapan Tempat Penelitian
Persiapan
tempat penelitian dilakukan setelah penyemaian benih, tempat penelitian ini
menggunakan Rumah Kassa, oleh sebab itu sebelumnya harus membuat rumah kassa terlebih dahulu, sebelum digunakan rumah kassa dibersihkan permukaan tanahnya agar
terbebas dari gulma pengganggu tanaman dengan menggunakan cangkul, sabit dan
parang.
3.5.3 Persiapan Media Tanam
Medium
yang digunakan adalah tanah gambut yang
diambil dari tanah kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
pada kedalaman 20 cm dari permukaan tanah, tanah yang diambil kemudian di kering anginkan, selanjutnya di ayak agar
gambut benar-benar halus dan tidak ada sampah yang akan menggangu pertumbuhan
tanaman, lalu tanah yang telah diayak tersebut dimasukan kedalam polybag berukuran 30 cm x 20 cm, setelah itu
polybag disusun di rumah kassa sesuai rancangan penelitian.
3.5.4
Pemberian perlakuan
Tanah yang telah dimasukkan kedalam polybag tersebut, lalu di beri 4
perlakuan, mulai dari kontrol atau tanpa perlakuan dengan menggunakan bokashi
sebanyak 0 gr, dan juga perlakuan dengan menggunakan bokashi dengan dosisnya
sebagai berikut, gr, 500 gr, 750 gr, 1000 gr. Dengan empat kali penggulangan,
sehingga akan ada 4 perlakuan dengan empat ulangan.
3.5.5
Penanaman
Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit tidak mengalami stres akibat suhu yang tinggi. Setiap satu lubang tanam pada polybag ditanami satu bibit cabai.
Penanaman dilakukan dengan melepaskan medium dalam polybag pembibitan, bibit
beserta tanah dalam polybag dimasukan kedalam lubang tanam diameter 6 cm dengan kedalaman 10 cm pada polybag berukuran 30 cm x 20
cm. Setelah dilakukan penanaman, selanjutnya dilakukan penyiraman dengan dosis penyiraman yang sama per polybag nya.
3.5.6 Pemeliharaan
3.5.6.1 Penyiraman
Tanaman cabai membutuhkan pengairan yang cukup terutama pada saat fase
pertumbuhan vegetatif dan pembesaran buah, oleh sebab itu dilakukan penyiraman
secara rutin pada pagi dan sore hari dengan dosis penyiraman yang sama per
polybag nya.
3.5.6.2
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan pada tanaman cabai apabila ada bibit yang mengalami pertumbuhan
abnormal, layu dan terserang hama atau penyakit. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara mengganti tanaman tersebut dengan tanaman yang berumur sama serta memiliki
perlakuan yang sama yang telah dipersiapkan sebelumnya. Waktu penyulaman adalah
minggu pertama setelah pindah tanam dan dilakukan pada sore hari agar bibit
tidak mengalami stres akibat suhu yang tinggi.
3.5.6.3 Penyiangan
Pelaksanaan
penyiangan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma yang ada disekitar
medium dalam Polybag. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dengan mencabut
gulma yang tumbuh di dalam polybag, dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak perakaran tanaman cabai.
3.5.6.4 Pemasangan Turus
Pelaksanaan
penyiangan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma yang ada disekitar
medium dalam Polybag. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dengan mencabut
gulma yang tumbuh di dalam polybag, dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak perakaran tanaman cabai.
3.5.7 Parameter Pengujian
Parameter yang akan digunakan pada penelitian ini adalah,
tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, jumlah cabang, jumlah
buah.
Pengukuran ini dilakukan sejak tanaman baru di semai,
saat di pindahkan, dan juga saat terakhir kali akan dilakukan pengambilan
sampel. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari sekali, dan saat pengukuran
berlangsung setiap parameternya akan di catat dan juga di foto sebagai
dokumentasi.
3.5.8 Pengambilan Sampel (Panen)
Kegiatan pengambilan sampel
ini dilakukan pada awal hingga pertengahan bulan februari, dengan cara membuka
polybag, dan mengeluarkan tanahnya, lalu tanaman dan akar tanaman di cuci
hinggabersih, dan dilakukan pemisahan beberapa bagian seperti Akar, buah, batang
dan daun.
Pada tahap ini masing-masing sampel akan di uji
berdasarkan parameter pengukurannya, lalu melakukan penimbangan berat basah dan
juga penimbangan berat kering sampel tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurlenawati, netti.dkk. 2011. respon pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
merah (capsicum annuum l.)
varietas prabu terhadap berbagai dosis pupuk fosfat dan bokashi jerami limbah
jamur merang. Solusi.
Rohyanti,muchyar,
Noor ichsan hayani, pengaruh pemberian bokashi jerami padi terhadap pertumbuhan
vegetative tanaman tomat (lycupersicum esculentum mill ) ditanah podsolik merah
kuning. Jurnal wahana – bio volume VI Desember 2011
Gustia,helfi. 2009.Pengaruh Pemberian bokashi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman cabe var.inko-99.UniversitasMuhammadiyah
Jakarta
Marliah Ainun, dkk.
2011. Perumbuhan dan hasil beberapa
varietascabai merah pada mediatumbuh yang berbeda. Universitas Syiah
Kuala Darussalam Banda Aceh.
Rohyanti
, dkk. 2011. Pengaruh
pemberian bokashi jerami padi terhadap Pertumbuhan vegetatif tanaman tomat (lycopersicum Esculentum mill) di tanah podsolik
merah kunin.
http://toko ilmu
contoh proposal usulan penelitian fakultas pertanian.htm