BAB I
PENDAHULUAN
Perekonomian di Indonesia yang nyatanya bergelar Negara
agraris ini, tidak dapat dipisahkan dari, berbagai usaha dari sektor pertanian
salah satunya pada sektor perkebunan, yang salah satunya merupakan produk
olahan dari perkebunan Teh, baik itu dari produk olahan rakyat, pemerintah,
ataupun perusahaan-perusahaan swasta. Tanaman teh pertama kali masuk ke
Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang
Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta.
Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu
teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys
di Jakarta. Pada tahun 1728 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bibit teh
dalam bentuk biji-bijian dalam jumlah yang besar karena tertarik untuk
membudidayakannya di pulau Jawa. Sayangnya, usaha tersebut tidak berhasil. Teh
jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun
1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan
masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China
diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia
berkembang semakin luas. Perkebunan teh yang dikelola oleh pemerintah Hindia
Belanda diambil alih oleh pemerintah RI sejak kemerdekaan dan dikelola oleh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meski demikian dalam manajemen di tingkat
perkebunan, proses pengolahan bahkan sampai teknologi, perusahaan milik negara
ini masih menggunakan teknologi atau mesin buatan Belanda. Kini, perkebunan dan
perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Perusahaan-perusahaan swasta
melakukan pengelolaan industri teh dari hulu hingga hilir.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Membudidayakan
teh?
2. Iklim dan Kondisi Seperti
apakah yang cocok untuk membudidayakan teh?
3. Apa-apa sajakah jenis-jenis teh
yang diproduksi di Indonesia?
5. Dimanakah Pusat-pusat produksi
teh di Indonesia?
6. Bagaimanakah Peran teh dalam
perekonomian Indonesia?
Tujuan
Saya sebagai penyusun makalah bertajuk perkebunan teh ini yaitu untuk lebih
meningkatkan pengetahuan para pembaca sekalian tentang sejarah perkembangan teh
di Indonesia, bagaiman cara membudidayakannya, dimanakah daerah yang cocok
untuk menanamnya, jenis-jenis teh beserta khasiatnya, dan juga bagaimanakah
komoditi Teh ini terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia, agar nantinya
tidak akan salah kaprah, dan lebih memahami lagi tentang komoditi Teh ini.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pembudidayaan Teh
Untuk
melakukan penanaman teh yang cukup banyak, atau membudidayakannya dengan tujuan
komersil, maka kita sebelumnya harus mengetahu tentang karakter tanaman yang
satu ini, supaya dalam proses budidaya teh atau menanam teh tidak
terjadi kesalahan yang patal yang mengakibatkan kerugian.
Ada beberapa hal yang dapat menunjang untuk memaksimalkan budidaya teh atau menanam teh ini, seperti iklim, tanah, pembibitan, penanaman, hama dan penyakit, pemeliharaan, pemetikan, pengolahan dan ada beberapa hal lain yang dapat memaksimalkan budidaya teh ini.
Ada beberapa hal yang dapat menunjang untuk memaksimalkan budidaya teh atau menanam teh ini, seperti iklim, tanah, pembibitan, penanaman, hama dan penyakit, pemeliharaan, pemetikan, pengolahan dan ada beberapa hal lain yang dapat memaksimalkan budidaya teh ini.
Hal-hal
yang cukup penting diperhatikan yaitu:
·
Iklim
Pohon teh walaupun dapat ditanam di dataran rendah
hal ini kurang baik dibanding tanaman teh yang ditanam di dataran tinggi.
Karena pohon teh sangat membutuhkan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu,
rata-rata per tahunnya 2000 mm – 2500 mm, untuk musim kemarau berkisar 100 mm.
Walaupun pohon teh sangat baik ditanam di dataran tinggi tapi perlu diketahui, apabila pohon teh ditanam didataran yang terlalu tinggi maka hasilnya kurang maksimal, pertumbuhannya akan terhambat (lambat). Jadi untuk ketinggian usahakan pada posisi 800 – 1100 m dpl. Jangan sampai melebihi 1200 m dpl. Temperature yang baik untuk tanaman teh yaitu berkisar 14° - 25°C.
Walaupun pohon teh sangat baik ditanam di dataran tinggi tapi perlu diketahui, apabila pohon teh ditanam didataran yang terlalu tinggi maka hasilnya kurang maksimal, pertumbuhannya akan terhambat (lambat). Jadi untuk ketinggian usahakan pada posisi 800 – 1100 m dpl. Jangan sampai melebihi 1200 m dpl. Temperature yang baik untuk tanaman teh yaitu berkisar 14° - 25°C.
·
Tanah
Faktor tanah dalam pertumbuhan tanaman teh sama
halnya dengan tanaman lain, karena itu sifat tanah harus yang subur, gembur,
dapat meresap air sampai dalam, dan sirkulasi air lancar.
Untuk mendapatkan media tanam seperti itu kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Untuk mendapatkan media tanam seperti itu kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengadakan
terasering pada tanah yang cukup curam.
2. Padatanah
yang tidak terlalu curam bisa ditanam jenis-jinis pupuk hijau berderet rapat
menurut tranche diantara deretan tanaman poko.
3. Membuat
rorak-rorak dengan maksud supaya air yang mengalir di permukaan tanah dapat
ditampung dan untuk selanjutnya melalui rorak itu masuk ke dalam tanah. Dengan
demikian maka air yang mengalir di dalam tanah tak akan mengakibatkan erosi.
4. Kemudian
penanaman pohon jenis leguminosa yang berbentuk pohon dapat pula memperbaiki
phisik dari tanah. Karena pohon ini perakarannya dapat menembus kedalam tanah
sampai jauh.
·
Pembibitan
Untuk mendapatkan bibit teh yang baik, kita bisa
mendapatkannya dari perkebunan-perkebunan pemerintah ataupun dari para
petani teh. Tetapi bisa juga kita bibitkan sendiri dengan cara membiarkan
tanaman yeh hidup dengan rimbun tanpa dipoyong, nantinya akan mengeluarkan biji
yang bisa kitaambil untuk pembibitan. Biji-biji teh harus disortir sebelum
dijadikan bibit, biasanya biji yang jelek seperti biji bekas diserang kepik
biji dengan ciri permukaan biji berbintik-bintik dengan warna coklat muda, dan
keadaan biji yang telah lapuk atau busuk karena diserang jamur atau karena
bekas luka-luka.
·
Bedengan Teh
Penanaman biji yang telah retak dibedengan
harus berjarak 4 x 4 cm, penanaman dengan jarak itu bertujuan supaya akar dari
bibit teh tidak melengkung. Cara penanamannya : biji ditanam menghadap kebawah.
Pemberian pasir yang agak tebal dengan maksud agar akar-akar dapat tumbuh
dengan baik dan menyusun. Setelah akarnya tumbuh 3 sampai 5 cm, maka kecambah
itu lalu kita pindahkan ke persemaian.
·
Persemaian
Sebelum bibit ditanam dikebun kita tanam terlebih
dahulu di persemaian, biasanya jarak tanam bibit dipersemaian 15 x 20 cm
atau 20 x 20 cm, apabila bedengan memiliki lebar 100 cm maka bedengan tersebut
cukup 4 baris ,Cara Penanaman Di Kebun:
1. Buat
lobang dengan ukuran 50 x 60 x 60 cm, tanah lapisan bawah dan lapisan atas
dipisahkan. Lobang tersebut kita gali bukannyya di anjir, akan tetapi diantara
anjir satu dan yang lainnya, dengan demikian anjir masih berada ditempat
masing-masing.
2. Menggali
lobang yang telah dianjiri terlebih dahulu, bila tanah yang akan dilobangi itu
telah diberi tanda, setelah itu baru anjirnya disingkirkan, akan tetapi sewaktu
akan menanami lobang itu, kembali kita harus mengajiri lagi supaya penanamannya
dapat lurus.
3. Penggalian
lobang tiap kali melangkah 1 anjir, tempat anjir yang dilangkahi sementara
tidak dilobangi dan kemudian lobang itu ditanami, untuk meluruskan
barisan-barisan tanaman itu mudah dikerjakan karena sebagian dari anjir masih
ada.
Bibit siap lalu ditanam di tempat bekas anjir.
Setelah masuk timbun kembali bibit dengan tanah bekas bongkaran kedalam lobang
lagi, tekan-tekan supaya memadat. Jarak tanam idealnya kita ambil jarak tanam
dengan ukuran sebagai berikut : 120 x 150 cm, 130 x 140 cm, atau 125 x 125 cm.
sebab dengan penanaman jarang seperti itu maka pohon teh akan lebih kuat lagi
menahan serangan musim kemarau yang agak panjang. Jumlah tanaman yang
menggunakan jarak tanam seperti itu biasanya 5.000 – 6000 batang/ha. Apabila
menggunakan jarak rapat 10.000 – 12.000 batang/ha.
·
Pemeliharaan
Tanaman yang sudah kita tanam harus dipelihara
supaya dapat tumbuh dengan optimal.Ccara-cara tersebut dibagi menjadi tiga
bagian:
1. Pemeliharaan
terhadap pohon teh itu sendiri
2. Pemeliharaan
terhdap pohon pelindung
3. Pemeliharaan
tanah
Untuk
pemeliharaan pada poho teh kita bagi menjadi 3 langkah:
1. Pemangkasan
pada pohon-pohon teh dan perawatan luka-luka bekas pangkasan.
2. Pengambilan
hasil atau cara memetiknya hingga mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya
tanmpa mempengaruhi keadaan dan kondisi pohon itu sendiri.
3. Menjaga
pohon teh supaya tidak terserang penyakit atau hama. Apabila ada yang terserang
segera berantas atau obati.
I.2 Jenis Teh Berdasarkan Proses
Pengolahannya di Indonesia.
Teh
atau Camelia sinensis secara botanis mempunyai dua varietas utama,
yakni C. sinensis var. Bohea atau Thea Sinensis, dan C.
sinensis var. Assamica atau Thea Assamica.
Pengolahan
teh akan menghasilkan tiga macam teh yang berbeda, yakni teh hitam hasil
fermentasi, teh hijau yang tidak difermentasi, dan teh oolong yang mengalami
setengah fermentasi.
1. Teh
hitam adalah teh yang diolah melalui tahap fermentasi. Zat polifenol
dalam daun teh itudifermentasikan oleh enzim polifenol oksidase yang
dibantu oksigen dari udara. Polifenol teroksidasi menjadi theaflavin
dan thearubigin. Kedua senyawa inilah yang berperan penting sebagai
penentu kualitas seduhan teh hitam. Theaflavin memberikan kecerahan
pada air seduhan teh. Sedangkan thearubigin memberi rasa teh yang
kuat. Gabungan kedua senyawa itu menyebabkan brikness dari seduhan teh
hitam.
2. Teh
hijau adalah teh yang diolah tanpa fermentasi. Cara pengolahan ini adalah
teknik yang paling tua, yaitu digunakan sejak manusia pertama kali mengenal
tanaman teh. Di Indonesia, 90% teh rakyat diolah menjadi teh hijau dengan
peralatan sederhana. Wilayah Jawa Barat merupakan penghasil utama teh hijau.
Tahap-tahap pengolahan itu antara lain pelayuan, penggulungan, pengeringan, dan
sortasi. Ciri teh hijau yang baik adalah memiliki daun halus yang utuh,
menggulung, dan tidak hancur.
3. Teh
oolong yang diolah dengan fermentasi singkat, artinya tak selama seperti pada
pembuatan teh hitam. Pengolahan teh oolong sedikit mirip dengan pengolahan teh
hitam, yaitu diawali dengan pelayuan agar fermentasi bisa berlangsung. Tapi
sebelum fermentasi berlangsung sempurna, teh dipanaskan terlebih dahulu (agar
kegiatan enzim fermentasi berkurang) dan dilakukan penggulungan agar teh tampak
keriting. Selanjutnya dilakukan pengeringan.
I1.3 Khasiat Teh Indonesia
Pada dekade 70-an dan 80-an, dunia diguncang oleh laporan
adanya peningkatan drastis kasus penyakit jantung dan kanker, sebesar 3-5% per
tahun. Berbagai negara mengalokasikan dana yang sangat besar untuk penelitian
terhadap semua kasus tersebut. Baru pada awal dekade 90-an, peneliti menemukan
bahwa teh merupakan minuman karsinogen yang sangat efektif untuk mengurangi
risiko kejangkitan dan menghambat pertumbuhan kanker.
Jenis
polifenol pada teh yang telah teridentifikasi dan tingkat kandungan rata-rata
yakni: Katekin 63-210 mg%, Flavanol 14 - 21 mg%, Tearubigin 0 - 28 mg%, Polifenol
lainnya 266-273 mg% Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Teh dan Kina (PPTK) Gambung Jawa Barat Indonesia menunjukkan bahwa kandungan
polifenol pada teh Indonesia yang merupakan komponen aktif untuk kesehatan ±
1,34 kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain. Katekin merupakan
senyawa polifenol utama pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol..
Rata-rata kandungan katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02 - 11,60%
b.k., sedangkan pada negara lain berkisar antara 5,06 - 7,47 b.k.(bobot kering)
Teh selain mengandung polifenol hingga 25-35%, juga mengandung komponen lain
yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain : metilxantin, asam amino,
peptides, karbonhidrat, vitamin (C,E dan K), karotenoid, mineral seperti
kalium, magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron, calcium, serta
metilxantin dan alkaloid lain Kemampuan pencegahan dari polifenol teh a. Anti
oksidan - Mencegah pembentukan radikal (bebas) oksigen dalam tubuh - Melindungi
lemak dalam plasma darah - Melindungi kerusakan minyak dan lemak makan, dapat
digunakan sebagai pewarna alami, Anti radiasi, Anti mutasi gen , Anti tumor -
Menekan pertumbuhan sel tumor - Menekan pemrosesan bentuk tumor - Menekan
kanker payudara yang tumbuh spontan, Menghambat aktivitas enzim :
·
Beberapa
enzim yang terbukti dihambat adalah : Enzim angiotensin I, Amilase, Sukrase dan
maltase, Enzim glucosy I transferase pada mutan streptokokus, Enzim pemacu HIV,
Enzim tyrosinase . Anti peningkatan kolestrol g. Anti peningkatan tekanan darah
. Anti peningkatan kadar gula darah . Anti koreng . Anti bakteri.
II.4 Proses Pengolahan Teh
A.
Pengangkutan
Pengangkutan
bahan baku yang perlu diperhatikan:
Ø tumpukan pucuk selama pengangkutan
aerasi yang cukup
Ø benturan mekanis diusahakan serendah
mungkin
Ø hindari adanya panas matahari yang
langsung mengenai pucuk
B.
Pelayuan
Ø Tujuan:
- mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
- elemaskan daun sehingga digiling tidak pecah
- meletakkan dasar-dasar fermentasi
- mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
- elemaskan daun sehingga digiling tidak pecah
- meletakkan dasar-dasar fermentasi
Ø Kondisi Pelayuan:
- lingkungan: T, RH, Volume dan Laju udara
- pucuk daun: KA, mutu (analisis petikan)
- lingkungan: T, RH, Volume dan Laju udara
- pucuk daun: KA, mutu (analisis petikan)
Ø Alat: Withering Trough (palung
pelayuan)
T = ± 27oC, (beda Tbk-Tbb) = 3-4 oC
laju = 30000 cfm
tebal hamparan ±25 cm (±30 kg/m2)
T = ± 27oC, (beda Tbk-Tbb) = 3-4 oC
laju = 30000 cfm
tebal hamparan ±25 cm (±30 kg/m2)
Ø Prinsip Pelayuan: melewatkan udara
hangat melalui daun teh sampai mencapai derajat layu tertentu
Ø Derajat layu: perbandingan antara
berat daun layu dengan berat daun segar dalam satuan persen
layuan ringan : KA 57-60 % DL 40-43 %
layanan sedang : KA 54-56 % DL 44-46 %
layanan berat : KA 50-53 % DL 47-50 % Tanda-tanda pucuk layu:
layuan ringan : KA 57-60 % DL 40-43 %
layanan sedang : KA 54-56 % DL 44-46 %
layanan berat : KA 50-53 % DL 47-50 % Tanda-tanda pucuk layu:
Ø apabila dikepal-kepal menjadi bola
Ø apabila diraba seperti meraba sapu
tangan sutera
Ø apabila diremas tidak menimbulkan
bunyi patah
Ø tulang muda dapat dilenturkan tanpa
patah
Ø apabila tangan ditekankan akan
meninggalkan bekas
Ø aromanya tercium sedap berbeda
dengan daun segar atau kurang layu
C. Penggilingan
Ø Dilakukan 3-4 tahap, tergantung
skema gilingannya
Ø Tiap tahap penggilingan diikuti
dengan pengengayakan (sortasi basah)
Ø Tujuan:
- memecahkan dinding sel pucuk teh sehingga cairan sel bercampur dengan enzim dan udara luar
- menggulung daun agar menjadi keriting
- mengecilkan ukuran daun
- meletakkan dasar bagi proses fermentasi
- memecahkan dinding sel pucuk teh sehingga cairan sel bercampur dengan enzim dan udara luar
- menggulung daun agar menjadi keriting
- mengecilkan ukuran daun
- meletakkan dasar bagi proses fermentasi
Ø Prinsip kerja: gerak putar silinder
di atas meja untuk menggulung, memeras, memotong
Ø Menurut gerakannya : double dan
single action
Ø Menurut fungsinya:
1. Open Top Roller (OTR)
v terdiri dari silinder dan meja
v tanpa tekanan dan menggulung
2. Press Cap Roller (PCR)
v terdiri dari silinder dan meja
v dengan penekanan (press)
v menggulung dan memeras
3. Rotor Vane (RV)
v terdiri dari silinder horisontal,
poros/rotor, kipas pendorong, kipas penahan, plat ujung dan ulir
v memotong atau mengecilkan ukuran
v Skema Giling I : OTR : PCR : PCR :
RV II : OTR : PCR :
RV : PCR III : OTR :
RV : PCR : PCR
v Contoh: PTP XVIII Jolotigo, PTP VIII
Cisarua à skema giling berat (OTR : PCR
: RV : RV)
D. Sortasi
Basah (Pengayakan)
Ø Tujuan : memisahkan bagian yang
halus (bubuk) dan bagian yang kasar (badag) sehingga diperoleh bubuk yang
seragam, supaya hasil fermentasi sempurna dan pengeringan dapat merata
Ø Alat Pengayak
Ø DIBN (double india breaker
natsorteedeer)
Ø saringan (7 -7 -6 -6
-5 -5) - gerakan secara rotari
Ø RRB (rotary roll breaker)
Ø hampir sama dg DIBN, beda ukuran
mesh
Ø saringan ( 5 : 6 : 6) atau (6 : 6 :7)
Bagan Proses Penggilingan dan
Sortasi Basah
E. Fermentasi
Ø Berlangsung sejak pucuk mengalami
giling I dan berakhir ketika masuk kedalam mesin pengeringan
Ø Proses:
senyawa polifenol ------ theaflavin, thearubigin oksidasi
Theaflavin:
- warna senduhan teh kuning
- menentukan karakter, brightness dan, briskness
Thearubigin:
- warna seduhan teh merah kecoklatan - membentuk kemantapan seduhan, body, atau strength
senyawa polifenol ------ theaflavin, thearubigin oksidasi
Theaflavin:
- warna senduhan teh kuning
- menentukan karakter, brightness dan, briskness
Thearubigin:
- warna seduhan teh merah kecoklatan - membentuk kemantapan seduhan, body, atau strength
v Tujuan : untuk memperoleh aroma,
rasa dan warna air seduhan seperti yang dikehendaki, sebagai akibat reaksi
kimia yang terjadi selama fermentasi
Kondisi Fermentasi:
-suhu ruang : 20 -28 o C
- suhu lapisan bubuk: 26 -28 o C
- RH udara: 90 - 95%
- pengabutan (mist spraying), air humidifier
- lama fermentasi: 2 - 3.5 jam sejak masuk giling I
- alat: baki aluminium
- tebal hamparan tidak lebih dari 7 cm
Kondisi Fermentasi:
-suhu ruang : 20 -28 o C
- suhu lapisan bubuk: 26 -28 o C
- RH udara: 90 - 95%
- pengabutan (mist spraying), air humidifier
- lama fermentasi: 2 - 3.5 jam sejak masuk giling I
- alat: baki aluminium
- tebal hamparan tidak lebih dari 7 cm
Ø Pengendalian Proses Fermentasi
- mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi
- memberikan RH sekitar bubuk hampir jenuh
- menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi
- memabatasi waktu fermentasi
- mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi
- memberikan RH sekitar bubuk hampir jenuh
- menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi
- memabatasi waktu fermentasi
F. Pengeringan
Ø Tujuan:
- menghentikan proses fermentasi
- untuk memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan, mudah diangkut dan diperdagangkan
- menghentikan proses fermentasi
- untuk memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan, mudah diangkut dan diperdagangkan
Ø Prinsip: Menghembuskan udara panas
melewati hamparan teh yang telah difermentasi, udara yang paling panas
bersentuhan dengan bubuk teh yang paling kering
Ø Faktor:
1 . Suhu dan volume udara yang dihembuskan
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
1 . Suhu dan volume udara yang dihembuskan
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
Ø Alat: ECP-6 (two stage/three stage
drier), Fluid bed drier (FBD)
Ø Kondisi:
- T inlet 93 - 94 oC, T outlet 50 oC, lama 20 -25 menit
- tebal hamparan bubuk (0.5 - 1 cm), badag (2 -3 cm)kapasitas (two stage) output per jam : 274 -300 kg
- kadar air teh kering 2.5 - 3 % Case hardening: bagian luar bubuk teh sudah kering, bagian dalam masih basah.
- T inlet 93 - 94 oC, T outlet 50 oC, lama 20 -25 menit
- tebal hamparan bubuk (0.5 - 1 cm), badag (2 -3 cm)kapasitas (two stage) output per jam : 274 -300 kg
- kadar air teh kering 2.5 - 3 % Case hardening: bagian luar bubuk teh sudah kering, bagian dalam masih basah.
G. Sortasi Kering
Proses pengolahan lanjutan untuk klasifikasi jenis dan mutu teh kering
Proses pengolahan lanjutan untuk klasifikasi jenis dan mutu teh kering
Ø Tujuan:
- membersihakan teh kering dari potongan serat dan batang
- memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar - apabila diperlukan harus pula memperkecil partikel teh
- membersihakan teh kering dari potongan serat dan batang
- memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar - apabila diperlukan harus pula memperkecil partikel teh
Ø Alat :
1. Bubble tray (memisahkan bubuk kasar dan halus)
2. Chota ( mengelompokkan berdasarkan ukuran partikel)
3. Vibro screen (pemisahan powdery dari bubuk teh)
4. Fibrex (membersihkan serabut)
5. Winnower (memisahkan berdasarkan berat jenis)
6. Cutter (memotong bubuk menjadi lebih kecil) 7. Chrusher (memperkecil bubuk kasar)
1. Bubble tray (memisahkan bubuk kasar dan halus)
2. Chota ( mengelompokkan berdasarkan ukuran partikel)
3. Vibro screen (pemisahan powdery dari bubuk teh)
4. Fibrex (membersihkan serabut)
5. Winnower (memisahkan berdasarkan berat jenis)
6. Cutter (memotong bubuk menjadi lebih kecil) 7. Chrusher (memperkecil bubuk kasar)
Ø Sortasi gagal apabila:
- permukaan teh tidak mengkilat
- perubahan warna hitam menjadi kelabu
- ukuran partikel tidak merata dan masih banyak serat, tangkai dan debu
- permukaan teh tidak mengkilat
- perubahan warna hitam menjadi kelabu
- ukuran partikel tidak merata dan masih banyak serat, tangkai dan debu
I1.5 Peran Perkebunan Teh Terhadap Perekonomian Rakyat dan Nasional
pengusahaan
teh di Indonesia semakin meluas, dari
mulai Sumatera Utara sampai ke Jawa Timur, namun perkebunan teh di
Indonesia dewasa ini berada dalam kondisi yang menurun (decline). Perkembangan
areal tanaman teh di Indonesia terus menurun sejak tahun 2002, sehingga
pada tahun 2009 hanya tersisa seluas 126 251 Ha dengan konsentrasi
terbesar di Jawa Barat, yaitu seluas 97 138
hektar (77%); diikuti Jawa Tengah (8%) dan Sumatera Utara (4%).
Dari bentuk
dan sifat pengusahannya, perkebunan teh di Indonesia sebagian besar berupa
Perkebunan Rakyat (46%), sisanya berupa Perkebunan Besar Negara
(30%) dan Perkebunan Besar Swasta (24%).
Perkebunan teh yang diusahakan dalam bentuk
Perkebunan Besar Negara/PTPN misalnya, Perkebunan
Teh Gunung Mas, Goalpara dan Malabar di Jawa Barat. Sedangkan
yang diusahakan dalam bentuk Perkebunan Besar Swasta
misalnya Perkebunan Teh Tambi, Pagilaran dan Kemuning
di Jawa Tengah).
Sebagai
penghasil devisa negara, pada tahun 2008 tercatat
nilai ekspor teh olahan sebesar US $ 162,8 juta, tahun 2009
sebesar US $ 174,4 juta, dan tahun 2010 mencapai US $ 184,9
juta atau meningkat 6% dari tahun 2009. Sebagian besar (70%)
teh Indonesia diekspor ehingga Indonesia tercatat menjadi
urutan keenam eksportir teh dunia setelah
Kenya, Sri Lanka, India dan Vietnam. Negara
tujuan ekspor teh Indonesia adalah Jepang,
Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Kondisi dan
perkembangan agroindustri teh Indonesia sendiri dalam
periode 2007 – 2010, secara umum mengalami
peningkatan, baik jumlah perusahaan, produksi dan nilai produksi,
kapasitas izin, utilisasi maupun nilai investasi serta tenaga
kerja yang diserap. Namun demikian, peningkatan
tersebut relatif kecil sehingga tidak mampu
memberikan sumbangan berarti dalam perekonomian nasional.
Menurunnya
agroindustri teh Indonesia dewasa ini terjadi karena belum dapat
diatasinya masalah-masalah yang dihadapi oleh teh
Indonesia, seperti: rendahnya produktivitas tanaman karena
dominannya tanaman teh rakyat yang belum menggunakan
benih unggul, terbatasnya penguasaan teknologi
pengolahan produk dan belum mampunya petani
mengikuti teknologi anjuran sebagaimana
direkomendasikan (Good Agriculture Practice/GAP; Good Manufacture
Process/GMP) serta standar kualitas produk sebagaimana
disyaratkan oleh ISO.
Upaya untuk
meningkatkan kembali peran teh, baik di pasar domestik maupun di
pasar internasional, mengharuskan untuk menyelesaikan
masalah-masalah tersebut di atas. Disamping itu, tidak kalah pentingnya
adalah menyediakan iklim usaha yang kondusif agar
pelaku usaha teh nasional (baik PR, PTPN
maupun PBS) dapat melakukan inovasi teknologi dan diversifikasi produk.
Dengan
demikian, para pelaku usaha teh nasional akan
mampu menghasilkan produk teh dalam jumlah dan
kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar, baik
pasar domestik maupun internasional.
Mutu teh dipengaruhi:
- tujuan pabrik ------
ekspor/lokal
- standar petikan
------halus/kasar
- ketinggian dari muka laut,
dataran rendah menghasilkan teh yang hitam dengan pengeritingan baik
- jenis klon
- pelayuan, terlalu layu akan
menghasilkan pengeriting yang kurang baik & cepat menjadi bubuk
- penggilingan, pengepresan
ringan menghasilkan teh yang besar dan kasar
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Ada beberapa hal yang
dapat menunjang untuk memaksimalkan budidaya
teh atau menanam teh ini, seperti iklim, tanah,
pembibitan, penanaman, hama dan penyakit, pemeliharaan, pemetikan, pengolahan
dan ada beberapa hal lain yang dapat memaksimalkan budidaya teh ini.
Hal terpenting dalam Pembuat produk
olahan teh biasanya Pengolahan teh akan menghasilkan tiga macam teh yang
berbeda, yakni teh hitam hasil fermentasi, teh hijau yang tidak difermentasi,
dan teh oolong yang mengalami setengah fermentasi.
Teh
bermanfaat dalam kesehatan dan juga memiliki nilai jual atau komersil yang
tinggi, ekspor teh selain dapat menambah pundi-pundi devisa Negara namun juga
mampu membangun perekonomian masyarakat menjadi jauh melangkah maju kearah yang
lebih baik, walau kini Indonesia mengalami penurunan, namun dengan adanya
ide-ide baru, dan inovasi-inovasi terkini, diyakini Teh dari Indonesia tidak
akan kalah saing dipasaran, hal ini karena tingginya khasiat yang terkandung
dalam Teh yang tumbuh di tanah Indonesia.
III.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam penulisan makalah kami ini, kami memohon kepada para
pembaca agar memberikan sekiranya Kritikan dan juga saran yang membangun, agar
kami dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
PDF :Budi daya dan pasca panen Teh
Jurnal
PDF:Chapter II Sejarah Perkebunan Teh
Jurnal
PDF:Perkebunan Teh Hindia Belanda
http://www.agromedia.com