Kamis, 15 Oktober 2015

CONTOH PROPOSAL PERTANIAN

USULAN PENELITIAN
“PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BOKASI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN CABAI (Capsicum annum L.). PADA MEDIA GAMBUT”

Disusun oleh :
Aidilia Rahma Sari
11382202115

Khamilatun Khusna
11382203026

Yuliana
11382203900

Tugas Proposal Sistem Pertanian Organik
Dosen Pembimbing : Oksana, SP, MP

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul Pengaruh pemberian pupuk bokasi dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan cabai. Pada media gambut.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada Oksana, SP, MP sebagai dosen pembimbing yang telah banyak  memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya usulan penelitian ini.
            Tidak lupa pula buat seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di dalam penyelesaian usulan penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Tidak ada yang pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.
            Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar usulan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian.


       Pekanbaru, 14 Oktober 2015


         Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar················································································
BAB I PENDAHULUAN·································································· 1
1.1 Latar Belakang··········································································· 1
1.2 Rumusan Masalah······································································ 2
1.3 Tujuan Penulisan········································································ 2
1.4 Manfaat Penelitian······································································ 3
1.5 Hipotesis·················································································· 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA························································· 4
2.1 Tanaman Cabai················································································ 4
2.2 Bokashi··················································································· 6
BAB III METODE PENELITIAN······················································ 7
3.1 Lokasi Penelitian········································································ 7
3.2 Waktu Penelitian········································································ 7
3.3 Bahan dan Alat················································································· 7
3.4 Metode Penelitian······································································· 7
3.5 Pelaksanaan Penelitian································································· 8
       3.5.1 Persemaian dan Pemeliharaan Bibit········································· 8
       3.5.2 Persiapan Tempat Penelitian·················································· 8
       3.5.3 Persiapan Media Tanam······················································· 9
       3.5.4 Pemberian Perlakuan··························································· 9
       3.5.5 Penanaman······································································· 9
       3.5.6 Pemeliharaan····································································· 9
                3.5.6.1 Penyiraman····························································· 9
                3.5.6.2 Penyulaman···························································· 10
                3.5.6.3 Penyiangan····························································· 10
                3.5.6.4 Pemasangan Turus···················································· 10
       3.5.7 Parameter Pengujian··························································· 10
       3.5.8 Pengambilan Sampel··························································· 11
DAFTAR PUSTAKA······································································ 14




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan industri makanan. sehingga volume peredarannya di pasaran sangat besar. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidrat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C (Rukmana, 1995).
Menurut Badan Pusat Statistik (2012) produksi cabai merah di Provinsi Riau pada tahun 2011 adalah 15.909 ton dengan luas areal panen 3.488 hektar dan produktivitas rata-rata 4,56 ton/hektar. Produktivitas cabai di Riau ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang ada di Indonesia pada umumnya seperti Sumatera Barat yang mencapai 65.108 ton dengan luas areal panen 8.196 hektar dengan produktivitas rata-rata 7,94 ton/hektar, sedangkan Sumatera Utara 245.773 ton dengan luas areal panen 22.129 hektar dan produktivitas rata-rata 11,11 ton/hektar.
Rendahnya produktivitas cabai di Riau salah satunya disebabkan petani cabai yang belum menggunakan benih cabai varietas unggul, padahal dengan penggunaan varietas unggul tanaman cabai produksinya bisa mencapai 15-20 ton/ha (Suseno, 2002). Varietas cabai SSP IPB yang digunakan dalam penelitian ini merupakan salah satu varietas cabai yang dikeluarkan oleh Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang memiliki rasa pedas (kandungan kapsaicin 967 ppm) dengan panjang buah 12-15 cm, bobot per buah 8-10 gram, produktivitas 700-800 gram/tanaman dan umur panen 72-78 hari setelah tanam, dimana untuk umur panen varietas ini lebih cepat dibandingkan dengan varietas cabai pada umumnya.
Selain itu, rendahnya produktivitas cabai di Riau juga disebabkan penggunaan pupuk anorganik ( Urea, TSP, KCL ) secara terus menerus yang tidak di imbangi dengan pupuk organik, sehingga dapat merusak tanah (Suseno, 2002). Pupuk anorganik sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro, oleh sebab itu perlu di imbangi dengan penggunaan pupuk organik atau kompos yang banyak mengandung hara mikro terutama kompos yang berasal dari daun-daunan seperti kompos leguminosa maupun Bokashi (Pracaya, 2001)  
Permasalahan yang terjadi pada pertanian di lahan gambut adalah ketersediaan unsur hara yang relatif rendah dan kemasaman tanah tinggi sehingga berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Alternatif yang digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan cabai hibrida adalah dengan menggunakan bokashi jerami padi sebagai pupuk organik yang berperan sebagai sumber unsur hara.
Berdasarkan dari penjelasan dan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh pemberian pupuk bokasi dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan cabai. Pada media gambut.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pemberian bokashi berpengaruh terhadap tingginya tanaman cabai pada media gambut?
2.      Apakah pemberian bokashi berpengaruh terhadap berat kering tanaman cabai pada media gambut?
3.      Berapakah dosis bokashi yang terbaik terhadap tinggi tanaman cabai pada media gambut?
4.      Berapakah dosis bokashi yang terbaik terhadap berat kering tanaman cabai pada media gambut?
1.3  Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui pengaruh bokashi terhadap tinggi tanaman cabai pada media gambut.
2.      Mengetahui pengaruh pemberian bokashi terhadap berat kering tanaman cabai pada media gambut.
3.      Mengetahui dosis bokashi terbaik terhadap tinggi tanaman cabai pada media gambut?
4.      Mengetahui dosis bokashi terbaik terhadap berat kering tanaman cabai pada media gambut.

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar kedepannya kita baik itu sebagai mahasiswa dan kaum terpelajar ataupun masyarakat luas untuk mengetahui tentang dosis pemberian pupuk bokashi yang tepat untuk pertumbuhan pada tanaman cabai.
I.5 Hipotesis
Pemberian Bokashi dengan dosis 750 gr/tanaman merupakan pemberian dosis terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman  cabai (Capsicum Annuum L).











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cabai
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia, mereka memanfaatkan tanaman berbuah pedas tersebut sebagai bumbu penyedap masakan (Prajnanta, 1999).
Dari masa ke masa, tanaman cabai mengalami perkembangan. Perkembangan ini bisa dikatakan sejalan dengan perkembangan penduduk, kemajuan teknologi dan kemampuan berevolusi dan beradaptasi dari tanaman itu sendiri. Perkembangan penduduk antara lain menyebabkan peningkatan permintaan akan cabai. Kemajuan teknologi yang ditopang oleh kemajuan berevolusi dan beradaptasi, antara lain berhasil memurnikan varietas cabai yang ada (Pracaya, 2001).
            Di Indonesia sendiri, penanaman cabai bermacam-macam tergantung daerahnya. Cabai sering disebut dengan berbagai nama lain, misalnya, lombok, cengis, cengek, dan masih banyak lagi sebutan lainnya (Prajnanta, 1999). Dalam tata nama ilmiah, menurut Suseno  (2002) tanaman cabai termasuk dalam genus Capsicum, dengan klasifikasi lengkap sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Magnolioyt, Kelas : Magnoliopsida, Sub kelas : Asteridae, Ordo : Solanales, Famili : Solanaceae, Genus : Capsicum.
            Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar utama dan akar lateral, akar lateral mengeluarkan serabut, mampu menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan melebar sampai 45 cm (Prihmantoro, 2001). Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang berkayu, batang akan tumbuh sampai ketinggian 120 cm, kemudian membentuk banyak percabangan, dengan lebar tajuk tanam sampai 90 cm (Suseno, 2002).
Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu, ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim (Prajnanta, 1999).
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval dan ada juga yang berbentuk lonjong. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan (Prihmantoro, 2001).         
Permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus dan ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 cm, dengan lebar antara 1-5 cm berbentuk lonjong (Pracaya, 2001).
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Asteridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2-3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan dan ungu. Diameter bunga antara 5-20 mm (Panah Merah, 1999).
Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian (Prajnanta, 1999).
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Menurut Sutedjo (2002) varietas dengan tipe elongate memiliki rasa yang sangat pedas, serta memiliki ukuran buah ± 12x0,8 cm, dan memiliki berat 5-6 gram.


2.2 Bokashi
Bokashi adalah bahan organic, dapat berupa pupuk kandang, jerami, sisa-sisa tanaman, yang telah didekomposisi oleh mikroorganisme yang ada dalam “EM-4’ , bokashi selain mengandung unsur hara anorganik (N.P.K dan unsur mikro lainnya) juga mengandung mikroorganisme yang masih aktif untuk proses fermentasi dan dekomposisi (Higa dan Wididana, 1993). Dalam upaya untuk memasyaratkan penggunaan tanaman cabai Varietas TM-999 sebagai indikator, dalam kaitannya dengan pengujian pengaruh dari bokashi.
Kata Bokashi diambil dari bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang terfermentasi. Oleh orang Indonesia, kata bokashi dipanjangkan menjadi “bahan organik kaya akan sumber kehidupan”. Bokashi adalah pupuk organik hasil fermentasi bahan organik oleh sejumlah besar jasad renik dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa humus (Dalzell dkk, 1991 dalam Sastraatmadja 1992).
Pemanfaatan pupuk bokashi secara rutin dapat berdampak nyata terhadap peningkatan kesuburan lahan, tanah menjadi gembur, serta sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih baik (Wariyanto, 2002).













BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
            Penelitian ini akan dilakukan di lahan percobaan milik Fakultas Pertanian dan Peternakan Uin Sultan Syarif Kasim Riau, Kampus Raja Ali Haji, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. untuk penanamannya, lalu untuk Analisis Berat Kering akan dilakukan di Lab Agronomi Uin Sultan Syarif Kasim Riau.
3.2 Waktu Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan awal november 2015 – Akhir Februari 2016.
3.3 Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan antara lain adalah bokashi jerami padi, tanah Gambut masak, bibit cabai VarietasTM-999, polybag berukuran 30 cm x 20 cm, pestisida nabati, pupuk kandang dan pupuk Dolomit.
Alat yang digunakan adalah cangkul, garu, parang, timbangan, timbangan digital, timbangan analitik, ayakan, ember plastik, gembor, seedbed, meteran dan alat tulis.
3.4 Metode Penelitian
            Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAK menggunakan Lima perlakuan termasuk kontrol, masing-masing perlakuannya diulang sebanyak 4 kali pengulangan sehingga terdapat 20 Unit percobaan. Tiap satuaan percobaan terdiri atas I polybag, dan tiap polybag berisi 1 tanaman. Kemudian dilakukan uji lanjut BNT taraf 5%.
            Variabel bebas adalah bokashi. Sedangkan variabel terikat adalah pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman, berat kering).
            Varietas cabai yang akan digunakan didalam penelitian ini adalah varietas TM-999.
            Percobaan dilakukan dengan menggunakan bahan organuik berupa bokashi. Dengan takaran bokashi yang digunakan adalah 0 gr ( kontrol ), 250 gr, 500 gr, 750 gr, 1000 gr. Dalam takaran 5 Kg tanah gambut dalam polybag.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Persemaiaan dan Pemeliharaan Bibit
Media persemaian merupakan campuran dari pupuk kandang sapi dan tanah topsoil inceptisol yang telah diayak dengan perbandingan 1 : 1. Benih yang telah disediakan direndam terlebih dahulu dalam air hangat dengan suhu 500C selama 10 menit guna untuk melihat biji yang bernas serta memecah dormansi benih, setelah itu lakukan seleksi benih, benih yang terapung tidak digunakan dan benih yang tenggelam ditiriskan untuk disemai kedalam media persemaian yang terbuat dari polybag kecil berukuran 10 cm x 6 cm, penyemaian dilakukan dengan menanam satu benih pada satu polybag. Bibit yang telah ditanam selanjutnya dilakukan pemeliharaan dengan melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari secara rutin. Pemindahan bibit ke polybag berukuran 30 cm x 20 cm dilakukan setelah bibit tanaman cabai berumur 38 hari setelah semai dan ditandai dengan jumlah daun dewasa sebanyak 4-6 lembar.

3.5.2 Persiapan Tempat Penelitian
            Persiapan tempat penelitian dilakukan setelah penyemaian benih, tempat penelitian ini menggunakan Rumah Kassa, oleh sebab itu sebelumnya harus membuat rumah kassa terlebih dahulu, sebelum digunakan rumah kassa dibersihkan permukaan tanahnya agar terbebas dari gulma pengganggu tanaman dengan menggunakan cangkul, sabit dan parang.

3.5.3 Persiapan Media Tanam
            Medium yang digunakan adalah tanah gambut yang diambil dari tanah kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau pada kedalaman 20 cm dari permukaan tanah, tanah yang diambil kemudian di kering anginkan, selanjutnya di ayak agar gambut benar-benar halus dan tidak ada sampah yang akan menggangu pertumbuhan tanaman, lalu tanah yang telah diayak tersebut  dimasukan kedalam polybag berukuran 30 cm x 20 cm, setelah itu polybag disusun di rumah kassa sesuai rancangan penelitian.
3.5.4 Pemberian perlakuan
            Tanah yang telah dimasukkan kedalam polybag tersebut, lalu di beri 4 perlakuan, mulai dari kontrol atau tanpa perlakuan dengan menggunakan bokashi sebanyak 0 gr, dan juga perlakuan dengan menggunakan bokashi dengan dosisnya sebagai berikut, gr, 500 gr, 750 gr, 1000 gr. Dengan empat kali penggulangan, sehingga akan ada 4 perlakuan dengan empat ulangan.
3.5.5 Penanaman
Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit tidak mengalami stres akibat suhu yang tinggi. Setiap satu lubang tanam pada polybag ditanami satu bibit cabai. Penanaman dilakukan dengan melepaskan medium dalam polybag pembibitan, bibit beserta tanah dalam polybag dimasukan kedalam lubang tanam diameter 6 cm dengan kedalaman 10 cm pada polybag berukuran 30 cm x 20 cm. Setelah dilakukan penanaman, selanjutnya dilakukan penyiraman dengan dosis penyiraman yang sama per polybag nya.

3.5.6 Pemeliharaan
3.5.6.1 Penyiraman
Tanaman cabai membutuhkan pengairan yang cukup terutama pada saat fase pertumbuhan vegetatif dan pembesaran buah, oleh sebab itu dilakukan penyiraman secara rutin pada pagi dan sore hari dengan dosis penyiraman yang sama per polybag nya.
3.5.6.2 Penyulaman
            Penyulaman dilakukan pada tanaman cabai apabila ada bibit yang mengalami pertumbuhan abnormal, layu dan terserang hama atau penyakit. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengganti tanaman tersebut dengan tanaman yang berumur sama serta memiliki perlakuan yang sama yang telah dipersiapkan sebelumnya. Waktu penyulaman adalah minggu pertama setelah pindah tanam dan dilakukan pada sore hari agar bibit tidak mengalami stres akibat suhu yang tinggi.
3.5.6.3 Penyiangan
            Pelaksanaan penyiangan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma yang ada disekitar medium dalam Polybag. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag,  dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman cabai.
3.5.6.4 Pemasangan Turus
            Pelaksanaan penyiangan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma yang ada disekitar medium dalam Polybag. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag,  dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman cabai.
3.5.7 Parameter Pengujian
            Parameter yang akan digunakan pada penelitian ini adalah, tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, jumlah cabang, jumlah buah.
            Pengukuran ini dilakukan sejak tanaman baru di semai, saat di pindahkan, dan juga saat terakhir kali akan dilakukan pengambilan sampel. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari sekali, dan saat pengukuran berlangsung setiap parameternya akan di catat dan juga di foto sebagai dokumentasi.
3.5.8 Pengambilan Sampel (Panen)
            Kegiatan pengambilan sampel ini dilakukan pada awal hingga pertengahan bulan februari, dengan cara membuka polybag, dan mengeluarkan tanahnya, lalu tanaman dan akar tanaman di cuci hinggabersih, dan dilakukan pemisahan beberapa bagian seperti Akar, buah, batang dan daun.
            Pada tahap ini masing-masing sampel akan di uji berdasarkan parameter pengukurannya, lalu melakukan penimbangan berat basah dan juga penimbangan berat kering sampel tersebut.














DAFTAR PUSTAKA

Nurlenawati,  netti.dkk. 2011.  respon pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (capsicum annuum l.) varietas prabu terhadap berbagai dosis pupuk fosfat dan bokashi jerami limbah jamur merang. Solusi.
Rohyanti,muchyar, Noor ichsan hayani, pengaruh pemberian bokashi jerami padi terhadap pertumbuhan vegetative tanaman tomat (lycupersicum esculentum mill ) ditanah podsolik merah kuning. Jurnal wahana – bio volume VI Desember 2011
Gustia,helfi. 2009.Pengaruh Pemberian bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabe var.inko-99.UniversitasMuhammadiyah Jakarta
Marliah Ainun, dkk. 2011. Perumbuhan dan hasil beberapa varietascabai merah pada mediatumbuh yang berbeda. Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Rohyanti , dkk. 2011. Pengaruh pemberian bokashi jerami padi terhadap Pertumbuhan vegetatif tanaman tomat (lycopersicum Esculentum mill) di tanah podsolik merah kunin.
http://toko ilmu  contoh proposal usulan penelitian fakultas pertanian.htm








Minggu, 17 Mei 2015

OPTIMALISASI PENGGUNAAN PUPUK DARI ABU SEKAM, DAN PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

TUGAS KELOMPOK                                                                             DOSEN PEMBIMBING
Agronomi Tanaman Hortikultura                                                   Aulia Rani Annisava, SP, M.Sc.

OPTIMALISASI PENGGUNAAN PUPUK DARI ABU SEKAM, DAN PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)



      Disusun oleh: Kelompok 3
·           Azrul Pajri                            :11382101474
·           Khamilatun Khusna             :11382203026
·           M. Holis Seprizal                 :11382104024
·           Ranayus                               :11382100199
·           Siti Maisaroh                        :11382205672
·           Widya Ayuni                        :11382206080          
  Lokal 4 E Agroteknologi

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang masih memberikan rahmat dan karunianya berupa nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok Agronomo Tanaman Hortikultura tentang OPTIMALISASI PENGGUNAAN PUPUK DARI ABU SEKAM, DAN PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)
Shalawat bersampulkan salam tidak lupa pula kami kirimkan kepada junjungan alam, yakni Nabi Muhamad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penulisan maupun penyajiannya, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.
   
  Pekanbaru, 29 April 2015



     Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
            I.1 Latar Belakang............................................................................. 1
            I.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2
            I.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
            I.4 Metode Penulisan......................................................................... 2
            I.5 Alat, Bahan, dan Metode............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
            II.1 Penggunaan Abu Sekam Dalam Budidaya Tanaman Tomat...... 6
            II.2 Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Organik................................. 6
            II.3 Optimasi Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat........... 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
            III.1 Kesimpulan................................................................................ 10
            III.2 Saran.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tomat merupakan salah satu sayuran yangumum dikonsumsi di dunia. Hal ini dikarenakan tomat bisa dikonsumsi segar maupun dalam bentuk olahan. Tiga produk olahan tomat yang utama adalah tomato preserves, dried tomatoes dan tomatoes based food (Costa and Heuvelink, 2005). Produksi tomat di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 853,061 ton dan telah mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2006 (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat domestik. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan rata-rata produktivitas tertinggi yaitu sekitar 20 ton ha-1. (Deptan, 2011).
Menurut Odoemena (2006) pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur hara makro dan mikro yang mampu meningkatkan kesuburan tanah serta menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Aplikasi pupuk kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara seperti mengerahkan efek enzimatik atau hormon langsung pada akar tanaman
sehingga mendorong pertumbuhan tanaman.
            Seiring perkembangan pertanian saat ini untuk menuju pertanian yang berkelanjutan, maka salah satu alternatifnya adalah penggunaan bahan organik sebagai sumber hara untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat. Limbah pertnian abu sekam merupakan bahan berserat mengandung selulosa,lgnik, hemiselulosa dan jika dibakar akan menghasilkan abu dengan silica tinggi 87%-97 %, serta mengandung hara N 1 %, K 2 %. Pemberian  abu sekam terhadap tomat berpengaruh beda nyata terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit.
Oleh sebab itu kelompok kami ingin memaparkan bagaimana pengaruh perlakuan diatas dengan tanaman Tomat ini.

I.2 Rumusan Masalah
·         Bagaimanakah Optimalisasi penggunaan pupuk dari abu sekam pada  tanaman tomat?
·         Bagaimanakah pengaruh penggunaan pupuk organik pada pembudidayaan tanaman tomat?
·         Bagaiman pengaruh pupuk kotoran ayam pada pembudidayaan tanaman tomat?
1.3 Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui Optimalisasi penggunaan pupuk dari abu sekam pada tanaman tomat.
·         Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik pada pembudidayaan tanaman tomat.
·         Untuk mengetahui pengaruh pupuk kotoran ayam pada pembudidayaan tanaman tomat.
I.4 Metode Penulisan
            Metode penulisan pada makalah in dengan cara, menentukan tema terlebih dahulu, dicari kesamaannya lalu mengambil seluruh data yang diperlukan dan menghimpunnya menjadi satu kesatuan kata yang berhubungan satu sama lain, sehingga dapat dimengerti dan menarik kesimpulan.
I.5 Alat, Bahan dan Metode Penelitian
·         Alat
cangkul, timbangan, meteran, hand sprayer, tempat persemaian dari kotak kayu, plang penelitian dari plywood, tali rafia, turus ulin, plastik, alat dokumentasi, alat tulis menulis, laptop, timbangan analitis, kalkulator.
·         Bahan
Berupa media tanaman berupa tanah lapisan atas (top soil), benih tomat varietas Permata, Sekan Padi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kompos trikoderma, polibag ukuran 25 x 40 cm, Dithane M 45, Antracol, Furadan 3 G.
·         Metode
Ø  Persiapan tempat penelitian
Sebelum melakukan penelitian, tempat penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma, sampah, atau kotoran lainnya, sehingga tempat penelitian menjadi bersih dan lapang, dan diupayakan tempat penelitian berada dilokasi yang datar.
Ø  Persemaian benih
Persemaian dilakukan di dalam kotak persemaian yang terbuat dari kotak kayu dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m, dan dibagian atasnya di beri naungan dari atap nipah. Media di persemaian merupakan campuran antara tanah lapisan atas dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1. Benih tomat disemaikan dengan cara menaburkan pada permukaan media, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Untuk menjaga kelembapan selama dipersemaian, dilakukan penyiraman dengan menggunakan hand sprayer 1 kali sehari atau disesuaikan dengan kelembaban tanahnya.
Ø  Pemberian pupuk organik
Pemberian pupuk organik pada setiap polibag disesuaikan dengan jenis pupuk organiknya sebagai perlakuan dan diberikan 10 hari sebelum bibit di pindah ke polibag, yaitu : pupuk kandang ayam (k1); pupuk kandang sapi (k2) dan pupuk organik trikoderma (k3). Adapun dosis pupuk organik yang diberikan sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan sebagai perlakuan, yaitu : 10 ton/ha (50 g/polibag), 20 ton/ha (100 g/polibag) dan 30 ton/ha (150 g/polibag).
Ø  Penanaman
Pemindahan bibit tomat dari persemaian dilakukan pada saat bibit tomat telah memiliki 3-4 helai daun (berumur 2 minggu setelah tanam). Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat dan seragam pertumbuhannya. Penanaman dilakukan pada sore hari dengan menanam 1 bibit untuk setiap polibag. Di samping itu disiapkan pula beberapa polibag yang digunakan sebagai bibit cadangan untuk penyulaman.


Ø  Pemasangan turus
Pemasangan turus ulin dilakukan bersamaan dengan penanaman bibit tomat, setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam lalu diikat pada turus dengan menggunakan tali rafia.

·         Pemeliharaan tanaman, meliputi :
v  Penyulaman
Penyulaman dilakukan segera (dalam jangka waktu 7 hari setelah tanam) apabila ada tanaman yang mati. Untuk penyulaman digunakan bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
v  Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yang dilakukan pada pagi hari atau sore hari, penyiraman tidak dilakukan apabila kondisi media tanam masih lembab.
v  Penyiangan
Penyiangan gulam dilakukan bila ada gulma, penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma tersebut dengan tangan.
v  Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu dan 8 minggu setelah tanam.
v  Pemangkasan tunas air
Pemangkasan tunas air dilakukan dengan membuang tunas-tunas air yang tidak diinginkan dengan tangan.
v  Panen
Panen dilakukan terhadap buah tomat yang telah masak, yaitu buah yang telah berwarna kuning atau jingga, panen dilakukan secara bertahap dengan interval waktu pemetikan 3-4 hari sekali sebanyak 5 kali.





·         Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang diamati adalah panjang tanaman (cm), jumlah buah per tanaman setelah Data yang di ukur dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang bagian bawah 1 cm di atas permukaan tanah (diberi tanda) sampai ke titik tumbuh tertinggi pada umur 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (cm). Umur tanaman saat berbunga diamati sejak tanam sampai tanaman mengeluarkan bunga pertama kali (hari setelah tanam). Jumlah buah per tanaman di hitung saat panen pertama sampai panen ke lima, dengan interval panen 3-4 hari. Berat buah segar per tanaman, yaitu dengan cara menimbang semua buah yang dihasilkan per tanaman sampai panen yang ke lima.














BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Penggunaan Abu Sekam Dalam Budidaya Tanaman Tomat
Berdasarkan uji nampak bahwa terjadi interaksi antara perlakuan abu sekam untuk pengamatan tinggi 14-70 hst, dimeter batang tanaman 70 HST, serta awal umur berbunga. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan perlakuan abu sekam.
Harold dan Robert (1962) dalam Sumadiharta dan Ardi (2001) mengatakan bahwa abu sekam merupakan padatan sisa pembakaran bahan organic yang tidak menguap, dapat meningkatkan pH dan meningkatkan sejumlah hara penting seperti kalium, magnesium, kalsium dan phosphor dalam tanah.
Dikemukakan oleh Martanto (2001), bahwa pemberian abu sekam pada tanaman tomat memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman serta menekan serangan hama dan penyakit.
Pada pengamatan umur awal tanaman berbunga menunjukkan kecenderungan peningkatan dosis abu sekam memberikan indikasi umur awal tanaman berbunga lebih cepat disbandingkan tanpa perlakuan abu sekam.
Berdasarkan uji, terjadi interaksi  antara abu sekam untuk pengamatan hasil tanaman. Dari hasil penelitian dapat diketahui adanya indikasi jumlah tanaman perbuah, bobot total buah pertanaman atau perhektar semakin meningkat dibandingkan perlakuan tanpa abu sekam.
II.2 Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Organik
Berdasakan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik (K) berpen sangat nyata pada tinggi tanaman umur 4 minggu dan 8 minggu setelah tanam, umur tanaman saat berbunga, jumlah buah/tanaman dan berat buah/tanaman. Berbeda tidak nyata pada tinggi tanaman umur 2 minggu dan 6 minggu setelah tanam.
Pemberian beberapa jenis pupuk organik pada budidaya tanaman tomat, secara umum memberikan pengaruh yang nyata pada parameter pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk organic (D) berbeda sangat nyata pada tinggi tanaman umur 4 minggu dan umur 8 minggu setelah tanam, jumlah buah/tanaman dan berat buah/tanaman. Berbeda tidak nyata pada tingi tanaman umur 2 mingggu dan umur 6 minggu, dan umur tanaman saat berbunga. Secara umum perbedaan macam dosis pada pemberian pupuk kandang berpengaruh nyata pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Dari data rataan hasil penelitian, terlihat bahwa ada kecenderungan peningkatan pertumbuhan tanaman dengan semakin ditingkatkannya dosis pupuk. Dengan bertambahnya jumlah pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah, maka jumlah unsur hara juga semakin meningkat, sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah yang diperlukan bagi tanaman menjadi tercukupi. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan (KxD) berbeda sangat nyata pada jumlah buah/tanaman dan berat buah/tanaman. Berbeda tidak nyata pada tinggi tanaman umur 2 minggu, umur 4 minggu, umur 6 minggu dan umur 8 minggu setelah tanam, dan umur tanaman saat berbunga.
Interaksi perlakuan antara jenis pupuk organik dan dosis pupuk organik tida memberikan hasil yang nyata, hal ini di duga bahwa masing-masing dari level faktor perlakuan tidak saling berinteraksi.
Tabel 2. Rekapitulasi Data Penelitian Pengaruh Jenis Pupuk Organik Dan Dosis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Varietas Permata.
II. 3 Optimasi Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat.
a.      Analisis kandungan hara tanah
Menurut Jones (2008) Tanaman tomat tumbuh baik pada tanah dengan ph 5,5 sampai 6,8. Pada pH optimal, hara esensial akan tersedia dalam jumlah yang optimal. Secara umum, tanaman tomat akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, tanah dengan kandungan hara makro P, K, Ca dan Mg sedang hingga tinggi. Tanaman tomat membutuhkan tanah yang mengandung mikro Fe, Mn dan Zn dalam jumlah yang tinggi. Sedangkan hara makro N, Mg, S dan hara mikro B dan Cu dalam jumlah sedang.
b.      Tinggi tanaman dan jumlah daun
Perlakuan pupuk organik dan anorganik berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada 2 hingga 6 MST. Pupuk organic berupa pupuk kandang ayam memberikan respon kuadratik pada 2 dan 4 MST serta respon linier pada 6 MST. Pupuk anorganik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST, namun memberikan respon linier pada 4 dan 6 MST.
Pupuk organik yang diberikan memberikan pengaruh yang linier terhadap jumlah daun pada 2, 4 dan 8 MST serta tidak berpengaruh nyata pada 6 MST. Pupuk anorganik yang diberikan tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman tomat. Tidak terdapat interaksi antara pupuk organik dengan anorganik yang diberikan pada jumlah daun yang diamati.
c.       Bobot buah
Pupuk organik dan anorganik berpengaruh terhadap bobot buah per petak (kg), estimasi bobot buah per hektar (ton) dan hasil panen relatif (%). Pupuk organik yang diberikan pada percobaan juga memberikan pengaruh kuadratik terhadap bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif, sedangkan pupuk anorganik menunjukkan pengaruh yang linier. Tidak ada interaksi di antara perlakuan dosis pupuk yang diberikan sehingga hanya dibahas efek tunggal yang dihasilkan oleh pupuk organik dan anorganik.
d.      Pengkelasan Buah
Dilakukan pengkelasan terhadap buah tomat hasil panen. pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot buah kelas A dan B, namun tidak berpengaruh terhadap bobot buah kelas C. Dosis pupuk organik memberikan respon linier pada bobot buah kelas A dan kuadratik pada bobot buah kelas B, sedangkan dosis pupuk anorganik memberikan respon linier pada bobot buah kelas A maupun kelas B.
e.       Ukuran Buah
Berdasarkan hasil analisis tidak terdapat pengaruh dari pupuk organik dan anorganik
terhadap variabel diameter dan bobot buah rata-rata. Pengamatan terhadap diameter dan bobot buah rata-rata diamati pada setiap buah hasil panen pada semua tanaman.

dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Namun untuk pupuk anorganik, belum ditemukan adanya dosis optimal yang memberikan pengaruh terbaik. Interaksi antara pupuk organik yang diberikan hanya terjadi pada variabel tinggi tanaman saat 8 MST. Dosis pupuk kandang ayam optimal adalah 24.375 ton ha-1. Bobot buah per petak maksimal adalah 17.41 kg per petak. Estimasi bobot buah per hektar masksimal sebesar 22.79 ton ha-1. Dosis optimal ditentukan dari dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap hasil panen relatif. Dengan pemberian pupuk kandang ayam sebanyak dosis optimal yang disarankan, pertumbuhan tanaman tomat cukup baik, bobot buah kelas A dan kelas B yang dihasilkan tidak terlalu berbeda. Dosis pupuk kandang yang diberikan tidak berpengaruh terhadap diameter dan bobot buah rata-rata.








BAB III
                                                         PENUTUP                   
III.1 Kesimpulan
·         Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan abu sekam sebanyak 50 gram/tanaman terbukti berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan juga hasil buah pada tanaman tomat
·         Perlakuan jenis pupuk organic  berpengaruh sangat nyata pada pertumbuhan tanaman Tomat pada segala aspek pertumbuhannya, sesuai dengandosis yang telah di teliti sebelumnya.
·         Penelitian ini telah mendapatkan dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Namun untuk pupuk anorganik, belum ditemukan adanya dosis optimal yang memberikan pengaruh terbaik. Interaksi antara pupuk organik yang diberikan hanya terjadi pada variabel tinggi tanaman saat 8 MST. Dosis pupuk kandang ayam optimal adalah 24.375 ton ha-1. Bobot buah per petak maksimal adalah 17.41 kg per petak. Estimasi bobot buah per hektar masksimal sebesar 22.79 ton ha-1. Dosis optimal ditentukan dari dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap hasil panen relatif. Dengan pemberian pupuk kandang ayam sebanyak dosis optimal yang disarankan, pertumbuhan tanaman tomat cukup baik, bobot buah kelas A dan kelas B yang dihasilkan tidak terlalu berbeda. Dosis pupuk kandang yang diberikan tidak berpengaruh terhadap diameter dan bobot buah rata-rata.
III.2 Saran
Sebaiknya, walaupun ketiga perlakuan pemupukan yang dilakukan pada tanaman tomat menggunakan jenis pupuk organik, namun juga harus diperhatikan bahwa, penggunaannya juga harus menggunakan takaran aturan pemakaiannya yang tepat, agar dapat memperoleh hasil yang optimal.
Jika terdapat kesalahan kami selaku penyaji memohon maaf yang sebesar-besarnya atas penyusunan makalah ini, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agronomi dan Hortikultura. 2013. Optimasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida(Lycopersicon esculentum Mill. L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Maryanto dan Abdul Rahmi. 2015. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Varietas Permata. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Samarinda

Kiswondo,Sumiarjo. 2011. Penggunaan Sekam Dan Pupuk ZA Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat. Universitas Moch Sroedji Jember. Jember