Minggu, 30 November 2014

PERKEBUNAN TEH

BAB I
PENDAHULUAN

Perekonomian di Indonesia yang nyatanya bergelar Negara agraris ini, tidak dapat dipisahkan dari, berbagai usaha dari sektor pertanian salah satunya pada sektor perkebunan, yang salah satunya merupakan produk olahan dari perkebunan Teh, baik itu dari produk olahan rakyat, pemerintah, ataupun perusahaan-perusahaan swasta. Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun 1728 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bibit teh dalam bentuk biji-bijian dalam jumlah yang besar karena tertarik untuk membudidayakannya di pulau Jawa. Sayangnya, usaha tersebut tidak berhasil. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Perkebunan teh yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah RI sejak kemerdekaan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meski demikian dalam manajemen di tingkat perkebunan, proses pengolahan bahkan sampai teknologi, perusahaan milik negara ini masih menggunakan teknologi atau mesin buatan Belanda. Kini, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan pengelolaan industri teh dari hulu hingga hilir. 

I.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Membudidayakan teh?
2. Iklim dan Kondisi Seperti apakah yang cocok untuk membudidayakan teh?
3. Apa-apa sajakah jenis-jenis teh yang diproduksi di Indonesia?
5. Dimanakah Pusat-pusat produksi teh di Indonesia?
6. Bagaimanakah Peran teh dalam perekonomian Indonesia?

I.3   Tujuan Penulisan
            Tujuan Saya sebagai penyusun makalah bertajuk perkebunan teh ini yaitu untuk lebih meningkatkan pengetahuan para pembaca sekalian tentang sejarah perkembangan teh di Indonesia, bagaiman cara membudidayakannya, dimanakah daerah yang cocok untuk menanamnya, jenis-jenis teh beserta khasiatnya, dan juga bagaimanakah komoditi Teh ini terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia, agar nantinya tidak akan salah kaprah, dan lebih memahami lagi tentang komoditi Teh ini.




BAB II

PEMBAHASAN


II.1 Pembudidayaan Teh
                Untuk melakukan penanaman teh yang cukup banyak, atau membudidayakannya dengan tujuan komersil, maka kita sebelumnya harus mengetahu tentang karakter tanaman yang satu ini, supaya dalam proses budidaya teh atau menanam teh tidak terjadi kesalahan yang patal yang mengakibatkan kerugian.
Ada beberapa hal yang dapat menunjang untuk memaksimalkan 
budidaya teh atau menanam teh ini, seperti iklim, tanah, pembibitan, penanaman, hama dan penyakit, pemeliharaan, pemetikan, pengolahan dan ada beberapa hal lain yang dapat memaksimalkan budidaya teh ini.
Hal-hal yang cukup penting diperhatikan yaitu:
·        Iklim
Pohon teh walaupun dapat ditanam di dataran rendah hal ini kurang baik dibanding tanaman teh yang ditanam di dataran tinggi. Karena pohon teh sangat membutuhkan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu, rata-rata per tahunnya 2000 mm – 2500 mm, untuk musim kemarau berkisar 100 mm.
Walaupun pohon teh sangat baik ditanam di dataran tinggi tapi perlu diketahui, apabila pohon teh ditanam didataran yang terlalu tinggi maka hasilnya kurang maksimal, pertumbuhannya akan terhambat (lambat). Jadi untuk ketinggian usahakan pada posisi 800 – 1100 m dpl. Jangan sampai melebihi 1200 m dpl. Temperature yang baik untuk tanaman teh yaitu berkisar 14° - 25°C.
·        Tanah
Faktor tanah dalam pertumbuhan tanaman teh sama halnya dengan tanaman lain, karena itu sifat tanah harus yang subur, gembur, dapat meresap air sampai dalam, dan sirkulasi air lancar.
Untuk mendapatkan media tanam seperti itu kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Mengadakan terasering pada tanah yang cukup curam.
2.      Padatanah yang tidak terlalu curam bisa ditanam jenis-jinis pupuk hijau berderet rapat menurut tranche diantara deretan tanaman poko.
3.      Membuat rorak-rorak dengan maksud supaya air yang mengalir di permukaan tanah dapat ditampung dan untuk selanjutnya melalui rorak itu masuk ke dalam tanah. Dengan demikian maka air yang mengalir di dalam tanah tak akan mengakibatkan erosi.
4.      Kemudian penanaman pohon jenis leguminosa yang berbentuk pohon dapat pula memperbaiki phisik dari tanah. Karena pohon ini perakarannya dapat menembus kedalam tanah sampai jauh.
·        Pembibitan
Untuk mendapatkan bibit teh yang baik, kita bisa mendapatkannya dari perkebunan-perkebunan pemerintah ataupun dari  para petani teh. Tetapi bisa juga kita bibitkan sendiri dengan cara membiarkan tanaman yeh hidup dengan rimbun tanpa dipoyong, nantinya akan mengeluarkan biji yang bisa kitaambil untuk pembibitan. Biji-biji teh harus disortir sebelum dijadikan bibit, biasanya biji yang jelek seperti biji bekas diserang kepik biji dengan ciri permukaan biji berbintik-bintik dengan warna coklat muda, dan keadaan biji yang telah lapuk atau busuk karena diserang jamur atau karena bekas luka-luka.
·        Bedengan Teh
Penanaman biji yang telah retak  dibedengan harus berjarak 4 x 4 cm, penanaman dengan jarak itu bertujuan supaya akar dari bibit teh tidak melengkung. Cara penanamannya : biji ditanam menghadap kebawah. Pemberian pasir yang agak tebal dengan maksud agar akar-akar dapat tumbuh dengan baik dan menyusun. Setelah akarnya tumbuh 3 sampai 5 cm, maka kecambah itu lalu kita pindahkan ke persemaian.
·        Persemaian
Sebelum bibit ditanam dikebun kita tanam terlebih dahulu di persemaian, biasanya jarak  tanam bibit dipersemaian 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, apabila bedengan memiliki lebar 100 cm maka bedengan tersebut cukup 4 baris ,Cara  Penanaman Di Kebun:
1.      Buat lobang dengan ukuran 50 x 60 x 60 cm, tanah lapisan bawah dan lapisan atas dipisahkan. Lobang tersebut kita gali bukannyya di anjir, akan tetapi diantara anjir satu dan yang lainnya, dengan demikian anjir masih berada ditempat masing-masing.
2.      Menggali lobang yang telah dianjiri terlebih dahulu, bila tanah yang akan dilobangi itu telah diberi tanda, setelah itu baru anjirnya disingkirkan, akan tetapi sewaktu akan menanami lobang itu, kembali kita harus mengajiri lagi supaya penanamannya dapat lurus.
3.      Penggalian lobang tiap kali melangkah 1 anjir, tempat anjir yang dilangkahi sementara tidak dilobangi dan kemudian lobang itu ditanami, untuk meluruskan barisan-barisan tanaman itu mudah dikerjakan karena sebagian dari anjir masih ada.

Bibit siap lalu ditanam di tempat bekas anjir. Setelah masuk timbun kembali bibit dengan tanah bekas bongkaran kedalam lobang lagi, tekan-tekan supaya memadat. Jarak tanam idealnya kita ambil jarak tanam dengan ukuran sebagai berikut : 120 x 150 cm, 130 x 140 cm, atau 125 x 125 cm. sebab dengan penanaman jarang seperti itu maka pohon teh akan lebih kuat lagi menahan serangan musim kemarau yang agak panjang. Jumlah tanaman yang menggunakan jarak tanam seperti itu biasanya 5.000 – 6000 batang/ha. Apabila menggunakan jarak rapat 10.000 – 12.000 batang/ha.
·        Pemeliharaan
Tanaman yang sudah kita tanam harus dipelihara supaya dapat tumbuh dengan optimal.Ccara-cara tersebut dibagi menjadi tiga bagian:
1.      Pemeliharaan terhadap pohon teh itu sendiri
2.      Pemeliharaan terhdap pohon pelindung
3.      Pemeliharaan tanah
Untuk pemeliharaan pada poho teh kita bagi menjadi 3 langkah:
1.      Pemangkasan pada pohon-pohon teh dan perawatan luka-luka bekas pangkasan.
2.      Pengambilan hasil atau cara memetiknya hingga mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya tanmpa mempengaruhi keadaan dan kondisi pohon itu sendiri.
3.      Menjaga pohon teh supaya tidak terserang penyakit atau hama. Apabila ada yang terserang segera berantas atau obati.
I.2 Jenis Teh Berdasarkan Proses Pengolahannya di Indonesia.
Teh atau Camelia sinensis secara botanis mempunyai dua varietas utama, yakni C. sinensis var. Bohea atau Thea Sinensis, dan C. sinensis var. Assamica atau Thea Assamica.
Pengolahan teh akan menghasilkan tiga macam teh yang berbeda, yakni teh hitam hasil fermentasi, teh hijau yang tidak difermentasi, dan teh oolong yang mengalami setengah fermentasi.
1.      Teh hitam adalah teh yang diolah melalui tahap fermentasi. Zat polifenol dalam daun teh itudifermentasikan oleh enzim polifenol oksidase yang dibantu oksigen dari udara. Polifenol teroksidasi menjadi theaflavin dan thearubigin. Kedua senyawa inilah yang berperan penting sebagai penentu kualitas seduhan teh hitam. Theaflavin memberikan kecerahan pada air seduhan teh. Sedangkan thearubigin memberi rasa teh yang kuat. Gabungan kedua senyawa itu menyebabkan brikness dari seduhan teh hitam.
2.      Teh hijau adalah teh yang diolah tanpa fermentasi. Cara pengolahan ini adalah teknik yang paling tua, yaitu digunakan sejak manusia pertama kali mengenal tanaman teh. Di Indonesia, 90% teh rakyat diolah menjadi teh hijau dengan peralatan sederhana. Wilayah Jawa Barat merupakan penghasil utama teh hijau. Tahap-tahap pengolahan itu antara lain pelayuan, penggulungan, pengeringan, dan sortasi. Ciri teh hijau yang baik adalah memiliki daun halus yang utuh, menggulung, dan tidak hancur.
3.      Teh oolong yang diolah dengan fermentasi singkat, artinya tak selama seperti pada pembuatan teh hitam. Pengolahan teh oolong sedikit mirip dengan pengolahan teh hitam, yaitu diawali dengan pelayuan agar fermentasi bisa berlangsung. Tapi sebelum fermentasi berlangsung sempurna, teh dipanaskan terlebih dahulu (agar kegiatan enzim fermentasi berkurang) dan dilakukan penggulungan agar teh tampak keriting. Selanjutnya dilakukan pengeringan.
I1.3 Khasiat Teh Indonesia
Pada dekade 70-an dan 80-an, dunia diguncang oleh laporan adanya peningkatan drastis kasus penyakit jantung dan kanker, sebesar 3-5% per tahun. Berbagai negara mengalokasikan dana yang sangat besar untuk penelitian terhadap semua kasus tersebut. Baru pada awal dekade 90-an, peneliti menemukan bahwa teh merupakan minuman karsinogen yang sangat efektif untuk mengurangi risiko kejangkitan dan menghambat pertumbuhan kanker.
Jenis polifenol pada teh yang telah teridentifikasi dan tingkat kandungan rata-rata yakni: Katekin 63-210 mg%, Flavanol 14 - 21 mg%, Tearubigin 0 - 28 mg%, Polifenol lainnya 266-273 mg% Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Jawa Barat Indonesia menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada teh Indonesia yang merupakan komponen aktif untuk kesehatan ± 1,34 kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain. Katekin merupakan senyawa polifenol utama pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol.. Rata-rata kandungan katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02 - 11,60% b.k., sedangkan pada negara lain berkisar antara 5,06 - 7,47 b.k.(bobot kering) Teh selain mengandung polifenol hingga 25-35%, juga mengandung komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain : metilxantin, asam amino, peptides, karbonhidrat, vitamin (C,E dan K), karotenoid, mineral seperti kalium, magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron, calcium, serta metilxantin dan alkaloid lain Kemampuan pencegahan dari polifenol teh a. Anti oksidan - Mencegah pembentukan radikal (bebas) oksigen dalam tubuh - Melindungi lemak dalam plasma darah - Melindungi kerusakan minyak dan lemak makan, dapat digunakan sebagai pewarna alami, Anti radiasi, Anti mutasi gen , Anti tumor - Menekan pertumbuhan sel tumor - Menekan pemrosesan bentuk tumor - Menekan kanker payudara yang tumbuh spontan, Menghambat aktivitas enzim :
·        Beberapa enzim yang terbukti dihambat adalah : Enzim angiotensin I, Amilase, Sukrase dan maltase, Enzim glucosy I transferase pada mutan streptokokus, Enzim pemacu HIV, Enzim tyrosinase . Anti peningkatan kolestrol g. Anti peningkatan tekanan darah . Anti peningkatan kadar gula darah . Anti koreng . Anti bakteri.


II.4 Proses Pengolahan Teh
A. Pengangkutan
Pengangkutan bahan baku yang perlu diperhatikan:
Ø  tumpukan pucuk selama pengangkutan aerasi yang cukup
Ø  benturan mekanis diusahakan serendah mungkin
Ø  hindari adanya panas matahari yang langsung mengenai pucuk
B. Pelayuan
Ø  Tujuan:
- mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
- elemaskan daun sehingga digiling tidak pecah
- meletakkan dasar-dasar fermentasi
Ø  Kondisi Pelayuan:
- lingkungan: T, RH, Volume dan Laju udara
- pucuk daun: KA, mutu (analisis petikan)
Ø  Alat: Withering Trough (palung pelayuan)
T = ± 27oC, (beda Tbk-Tbb) = 3-4 oC
laju = 30000 cfm
tebal hamparan ±25 cm (±30 kg/m2)
Ø  Prinsip Pelayuan: melewatkan udara hangat melalui daun teh sampai mencapai derajat layu tertentu
Ø  Derajat layu: perbandingan antara berat daun layu dengan berat daun segar dalam satuan persen
layuan ringan : KA 57-60 % DL 40-43 %
layanan sedang : KA 54-56 % DL 44-46 %
layanan berat : KA 50-53 % DL 47-50 % Tanda-tanda pucuk layu:
Ø  apabila dikepal-kepal menjadi bola
Ø  apabila diraba seperti meraba sapu tangan sutera
Ø  apabila diremas tidak menimbulkan bunyi patah
Ø  tulang muda dapat dilenturkan tanpa patah
Ø  apabila tangan ditekankan akan meninggalkan bekas
Ø  aromanya tercium sedap berbeda dengan daun segar atau kurang layu
C. Penggilingan
Ø  Dilakukan 3-4 tahap, tergantung skema gilingannya
Ø  Tiap tahap penggilingan diikuti dengan pengengayakan (sortasi basah)
Ø  Tujuan:
- memecahkan dinding sel pucuk teh sehingga cairan sel bercampur dengan enzim dan udara luar
- menggulung daun agar menjadi keriting
- mengecilkan ukuran daun
- meletakkan dasar bagi proses fermentasi
Ø  Prinsip kerja: gerak putar silinder di atas meja untuk menggulung, memeras, memotong
Ø  Menurut gerakannya : double dan single action
Ø  Menurut fungsinya:
1. Open Top Roller (OTR)
v  terdiri dari silinder dan meja
v  tanpa tekanan dan menggulung
2. Press Cap Roller (PCR)
v  terdiri dari silinder dan meja
v  dengan penekanan (press)
v  menggulung dan memeras
3. Rotor Vane (RV)
v  terdiri dari silinder horisontal, poros/rotor, kipas pendorong, kipas penahan, plat ujung dan ulir
v  memotong atau mengecilkan ukuran
v  Skema Giling I : OTR : PCR : PCR : RV II : OTR : PCR : RV : PCR III : OTR : RV : PCR : PCR
v  Contoh: PTP XVIII Jolotigo, PTP VIII Cisarua à skema giling berat (OTR : PCR : RV : RV)
D. Sortasi Basah (Pengayakan)
Ø  Tujuan : memisahkan bagian yang halus (bubuk) dan bagian yang kasar (badag) sehingga diperoleh bubuk yang seragam, supaya hasil fermentasi sempurna dan pengeringan dapat merata
Ø  Alat Pengayak
Ø  DIBN (double india breaker natsorteedeer)
Ø  saringan (7 -7 -6 -6 -5 -5) - gerakan secara rotari
Ø  RRB (rotary roll breaker)
Ø  hampir sama dg DIBN, beda ukuran mesh
Ø  saringan ( 5 : 6 : 6) atau (6 : 6 :7)

Bagan Proses Penggilingan dan Sortasi Basah
giling_sortasi
E. Fermentasi
Ø  Berlangsung sejak pucuk mengalami giling I dan berakhir ketika masuk kedalam mesin pengeringan
Ø  Proses:
senyawa polifenol ------ theaflavin, thearubigin oksidasi
Theaflavin:
- warna senduhan teh kuning
- menentukan karakter
, brightness dan, briskness
Thearubigin:
- warna seduhan teh merah kecoklatan - membentuk kemantapan seduhan, body, atau
 strength
v  Tujuan : untuk memperoleh aroma, rasa dan warna air seduhan seperti yang dikehendaki, sebagai akibat reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi
Kondisi Fermentasi:
-suhu ruang : 20
-28 o C
- suhu lapisan bubuk: 26
-28 o C
- RH udara: 90
- 95%
- pengabutan (mist spraying), air humidifier
- lama fermentasi: 2
- 3.5 jam sejak masuk giling I
- alat: baki aluminium
- tebal hamparan tidak lebih dari 7 cm
Ø  Pengendalian Proses Fermentasi
- mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi
- memberikan RH sekitar bubuk hampir jenuh
- menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi
- memabatasi waktu fermentasi
F. Pengeringan
Ø  Tujuan:
- menghentikan proses fermentasi
- untuk memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan, mudah diangkut dan diperdagangkan
Ø  Prinsip: Menghembuskan udara panas melewati hamparan teh yang telah difermentasi, udara yang paling panas bersentuhan dengan bubuk teh yang paling kering
Ø  Faktor:
1 . Suhu dan volume udara yang dihembuskan
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
Ø  Alat: ECP-6 (two stage/three stage drier), Fluid bed drier (FBD)
Ø  Kondisi:
- T inlet 93
- 94 oC, T outlet 50 oC, lama 20 -25 menit
- tebal hamparan bubuk (0.5
- 1 cm), badag (2 -3 cm)kapasitas (two stage) output per jam : 274 -300 kg
- kadar air teh kering 2.5
- 3 % Case hardening: bagian luar bubuk teh sudah kering, bagian dalam masih basah.
G. Sortasi Kering
Proses pengolahan lanjutan untuk klasifikasi jenis dan mutu teh kering
Ø  Tujuan:
- membersihakan teh kering dari potongan serat dan batang
- memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar - apabila diperlukan harus pula memperkecil partikel teh
Ø  Alat :
1. Bubble tray (memisahkan bubuk kasar dan halus)
2. Chota ( mengelompokkan berdasarkan ukuran partikel)
3. Vibro screen (pemisahan powdery dari bubuk teh)
4. Fibrex (membersihkan serabut)
5. Winnower (memisahkan berdasarkan berat jenis)
6. Cutter (memotong bubuk menjadi lebih kecil) 7. Chrusher (memperkecil bubuk kasar)
Ø  Sortasi gagal apabila:
- permukaan teh tidak mengkilat
- perubahan warna hitam menjadi kelabu
- ukuran partikel tidak merata dan masih banyak serat, tangkai dan debu

I1.5 Peran Perkebunan Teh Terhadap Perekonomian Rakyat dan Nasional
pengusahaan  teh    di  Indonesia semakin  meluas,  dari  mulai  Sumatera  Utara sampai ke Jawa Timur, namun perkebunan teh di Indonesia dewasa ini berada dalam kondisi yang menurun (decline). Perkembangan areal tanaman teh di Indonesia terus menurun sejak tahun 2002, sehingga pada  tahun 2009 hanya  tersisa seluas 126 251 Ha dengan konsentrasi terbesar di Jawa Barat,  yaitu  seluas  97  138  hektar  (77%);  diikuti Jawa Tengah (8%) dan Sumatera Utara (4%).
Dari bentuk dan sifat pengusahannya, perkebunan teh di Indonesia sebagian besar berupa Perkebunan Rakyat (46%), sisanya berupa Perkebunan Besar Negara  (30%)  dan  Perkebunan  Besar  Swasta (24%). Perkebunan  teh  yang  diusahakan  dalam bentuk  Perkebunan  Besar  Negara/PTPN misalnya,  Perkebunan  Teh  Gunung  Mas, Goalpara dan Malabar di Jawa Barat. Sedangkan yang  diusahakan  dalam  bentuk  Perkebunan Besar Swasta misalnya Perkebunan Teh Tambi, Pagilaran  dan  Kemuning  di  Jawa  Tengah).
Sebagai  penghasil  devisa  negara,  pada  tahun 2008  tercatat nilai ekspor  teh olahan sebesar US $ 162,8  juta,  tahun 2009 sebesar US $ 174,4  juta, dan tahun 2010 mencapai   US $ 184,9 juta   atau meningkat 6% dari  tahun 2009. Sebagian besar (70%) teh Indonesia diekspor ehingga Indonesia tercatat  menjadi  urutan  keenam  eksportir  teh dunia  setelah  Kenya,  Sri  Lanka,  India  dan Vietnam.  Negara  tujuan  ekspor  teh  Indonesia adalah  Jepang,  Korea  Selatan, Amerika  Serikat dan negara-negara Eropa.
Kondisi dan perkembangan agroindustri  teh Indonesia  sendiri  dalam  periode  2007  –  2010, secara  umum  mengalami  peningkatan,  baik jumlah perusahaan, produksi dan nilai produksi, kapasitas  izin, utilisasi maupun nilai  investasi serta tenaga  kerja  yang  diserap.  Namun  demikian, peningkatan  tersebut  relatif  kecil  sehingga  tidak mampu  memberikan  sumbangan  berarti  dalam perekonomian nasional.
Menurunnya  agroindustri  teh  Indonesia dewasa ini terjadi karena belum dapat diatasinya masalah-masalah  yang  dihadapi  oleh  teh Indonesia,  seperti:  rendahnya  produktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat yang  belum  menggunakan  benih  unggul, terbatasnya  penguasaan  teknologi  pengolahan produk  dan  belum  mampunya  petani  mengikuti teknologi anjuran   sebagaimana  direkomendasikan   (Good Agriculture Practice/GAP; Good Manufacture Process/GMP) serta  standar  kualitas  produk  sebagaimana disyaratkan oleh ISO.
Upaya untuk meningkatkan kembali peran  teh, baik di pasar domestik maupun di  pasar  internasional,  mengharuskan  untuk menyelesaikan masalah-masalah  tersebut di atas. Disamping itu, tidak kalah pentingnya adalah menyediakan  iklim  usaha  yang  kondusif  agar pelaku  usaha  teh  nasional  (baik  PR,  PTPN maupun PBS) dapat melakukan inovasi teknologi dan diversifikasi produk.
Dengan demikian, para pelaku  usaha  teh  nasional  akan  mampu menghasilkan  produk  teh  dalam  jumlah  dan kualitas  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  pasar, baik pasar domestik maupun internasional.
Mutu teh dipengaruhi:
  • tujuan pabrik ------ ekspor/lokal
  • standar petikan ------halus/kasar
  • ketinggian dari muka laut, dataran rendah menghasilkan teh yang hitam dengan pengeritingan baik
  • jenis klon
  • pelayuan, terlalu layu akan menghasilkan pengeriting yang kurang baik & cepat menjadi bubuk
  • penggilingan, pengepresan ringan menghasilkan teh yang besar dan kasar










BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
            Ada beberapa hal yang dapat menunjang untuk memaksimalkan budidaya teh atau menanam teh ini, seperti iklim, tanah, pembibitan, penanaman, hama dan penyakit, pemeliharaan, pemetikan, pengolahan dan ada beberapa hal lain yang dapat memaksimalkan budidaya teh ini.
Hal terpenting dalam Pembuat produk olahan teh biasanya Pengolahan teh akan menghasilkan tiga macam teh yang berbeda, yakni teh hitam hasil fermentasi, teh hijau yang tidak difermentasi, dan teh oolong yang mengalami setengah fermentasi.
            Teh bermanfaat dalam kesehatan dan juga memiliki nilai jual atau komersil yang tinggi, ekspor teh selain dapat menambah pundi-pundi devisa Negara namun juga mampu membangun perekonomian masyarakat menjadi jauh melangkah maju kearah yang lebih baik, walau kini Indonesia mengalami penurunan, namun dengan adanya ide-ide baru, dan inovasi-inovasi terkini, diyakini Teh dari Indonesia tidak akan kalah saing dipasaran, hal ini karena tingginya khasiat yang terkandung dalam Teh yang tumbuh di tanah Indonesia.
III.2 Saran
              Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan makalah kami ini, kami memohon kepada para pembaca agar memberikan sekiranya Kritikan dan juga saran yang membangun, agar kami dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal PDF :Budi daya dan pasca panen Teh
Jurnal PDF:Chapter II Sejarah Perkebunan Teh
Jurnal PDF:Perkebunan Teh Hindia Belanda
http://www.agromedia.com